Sudancho Supriyadi (Dokumentasi: images.detik.com) |
Di Indonesia, Kabinet terdiri dari Presiden, Wakil Presiden, dan Menteri-Menteri atau pejabat setingkat menteri. Kabinet Presidensil ialah kabinet pertama di Indonesia, namun hanya bertahan "seumur jagung" dari 19 Agustus 1945 hingga 14 November 1945. Nah, ada kisah menarik dari berjalannya kabinet ini dimana ada satu menteri yang diangkat namun tidak pernah menjabat hingga kabinet ini sendiri selesai.
Adalah Supriyadi, seorang tentara PETA berpangkat Sudancho (pemimpin peleton) tokoh utama pemimpin Pemberontakan PETA Blitar 14 Februari 1945. Supriyadi diangkat oleh Presiden Sukarno sebagai Menteri Keamanan Rakyat (Menteri Pertahanan) pertama pada 19 Agustus 1945 secara in-Absentia. Artinya, saat sidang PPKI kedua sekaligus pengangkatan para menteri kabinet ia tidak hadir, bahkan mungkin ia sendiri tidak tahu jika diangkat sebagai menteri. Pasalnya paska peristiwa pemberontakan tersebut Sudancho Supriyadi menghilang dan nasibnya sampai sekarang masih gelap. Jika ada daftar orang-orang Indonesia yang nasib dan keberadaannya misterius, barangkali Supriyadi termasuk di dalamnya.
Tentang keberadaan Supriyadi paca pemberontakan PETA yang dipimpinnya gagal, berhembus berbagai desas-desus, versi, kabar burung, dan sebagainya di kalangan masyarakat. Di Blitar, sebagian masyarakat Blitar khususnya orang-orang "tempo dulu" percaya Supriyadi memiliki ngelmu untuk menghilang. Masyarakat yang lain bahkan ada yang percaya Supriyadi ialah Ratu Adil, artinya ia akan kembali memunculkan diri untuk menyelamatkan huru-hara bangsa dan melawan kejahatan. Akan tetapi adapula versi lain yang lebih rasional yakni Supriyadi sebenarnya telah ditangkap oleh pasukan Jepang dan secara diam-diam telah di eksekusi disuatu tempat dan dimakamkan ditempat yang tidak diketahui, meskipun teori ini sama sekali tidak ada sumber yang dapat dipercaya alias ilmu kira-kira.
Bagaimana versi tentang keberadaan Supriyadi menurut versi pemerintah? Setidaknya ada dua versi dan keduanya pun menarik kesimpulan yang berbeda, barangkali karena memang dibuat oleh dua lembaga yang berbeda. Versi yang pertama datang dari Departemen Sosial pada tahun 1978 melalui buku Citra dan Perjuangan Perintis Kemerdekaan. Di dalam buku tersebut disebutkan Supriyadi masih sempat hidup pasca gagalnya pemberontakan, ia masih sempat menyembunyikan diri di Nganjuk, Salatiga, hingga kemudian ia pergi ke Banten. Nah, dalam buku tersebut, saat di Banten ia diketahui meninggal pada bulan Juli 1945 saat dirawat karena penyakit disentri. Di versi yang kedua, menurut Dinas Sejarah TNI-AD dalam majalah Vidya Yudha No. 12/VIIIV/1971 memuat tulisan Mayor Soebardjo yang mengatakan bahwa ia mendengar keterangan dari Letnan Sasmita kalau Supriyadi tewas di Gunung Wilis menjelang kemerdekaan. Ia tewas oleh sepasukan regu tentara Jepang ketika hendak mereguk air minum.
Tidak pelak karena kemisteriusan keberadaan Supriyadi, tidak kurang dari 6 orang telah mengaku dirinya sebagai Supriyadi dan masih hidup! 5 orang mengaku sebagai Supriyadi pada masa Orde Baru, dan 1 orang lagi pada tahun 2008. Adalah seorang pensiunan pegawai pemerintah bernama Andaryoko Wisnu Prabu mengaku-ngaku sebagai Supriyadi dan saat itu tinggal di Semarang. Meskipun keterangan dari Andaryoko cukup meyakinkan tetapi tetap saja masih banyak yang meragukan ia adalah Supriyadi yang selama ini dianggap telah tewas dan ditetapkan menjadi pahlawan nasional pada tahun 1975. Selama misteri ini masih bergulir, bisa saja kedepannya masih ada orang lain yang mengaku dirinya sebagai Supriyadi.
Kembali ke jabatan Menteri Keamanan Rakyat, dua minggu setelah dirinya diangkat secara in-Absentia oleh Presiden Sukarno Supriyadi tidak juga memunculkan diri dan mulai berkantor di Kementerian Keamanan Rakyat. Pemerintah akhirnya kemudian menunjuk Imam Muhammad Suliyoadikusumo, seorang dokter kelahiran Sukoharjo untuk menjabat sebagai Menteri Keamanan Rakyat secara ad-interim sejak 20 Oktober 1945 karena ketidakhadiran Supriyadi. Sungguh menteri yang benar-benar misterius.
Sumber:
Detik 12 Agustus 2008
Kompas 15 Agustus 2008
Penulis: M. Rikaz Prabowo
0 Comments:
Post a Comment