Kisah Seorang Anak Bernama "Kusno"

Tepat pada tanggal 6 Juni 2017 kemarin merupakan 116 tahunnya kelahiran (harlah) sang proklamator Indonesia, Soekarno. Soekarno lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901 dari pasangan Raden Sukemi Sosrodiharjo dengan wanita asal Bali dan masih memiliki keturunan raja di Bali, Ida Ayu Nyoman Rai. Konon Soekarno kecil dibesarkan dalam 2 perpaduan budaya dan agama, ayahnya yang Jawa-Islam sedangkan ibunya orang Bali yang tetap menganut kepercayaan Hindu. Hal inilah yang membuat Soekarno saat dewasa merasa kemajemukan Indonesia merupakan suatu kekuatan yang ampun apabila mau bersatu.

Kesuksesan sosok Soekarno sebenarnya bukanlah datang tiba-tiba. Apabila hendak ditelusuri lebih jauh masa kecil Soekarno sebenarnya tidak ada yang spesial meskipun saat itu ia termasuk orang berada "ningrat". Berikut beberapa fakta kehidupan Soekarno saat kecil yang saat itu masih bernama Kusno.


Asal Mula Disebut Putra Sang Fajar
Soekarno lahir pada tanggal 6 Juni 1901 waktu fajar dikala matahari mulai menimbulkan diri di ufuk barat. Apakah karena ia lahir di waktu fajar kemudian mendapatkan julukan Putra Sang Fajar? Hal ini tidak sepenuhnya benar. Kelahiran Soekarno pada tahun 1901 juga dianggap sebagai tahun awal, tahun fajar, menandakan awal dari suatu permulaan atau perintisan abad. Fajar dengan cahayanya yang merekah juga dianggap sebagai pertanda suatu kebatilan dimana tahun 1901 Indonesia masih diselimuti oleh kegelapan imperialisme dan kolonialisme. Dalam kepercayaan masyarakat Jawa sendiri anak yang lahir di waktu fajar bahwa nasibnya telah ditakdirkan terlebih dahulu oleh sang pencipta.

Silsilah Kekeluargaan Sukarno
(Dokumentasi: Istimewa)


Ibunya Telah Meramalkan Soekarno Akan Menjadi Pemimpin
Suatu ketika saat Soekarno masih berusia balita, masih belajar berjalan, ibunya Ida Ayu Nyoman Rai sedang memandang ke arah timur, di beranda rumah, dimana saat itu masih pagi sekali. Ibunya, yang kerap disapa Idayu memandang cahaya fajar yang mulai perlahan naik. Demi melihat ibunya yang sendirian tersebut Soekarno dengan langkah gontainya menghampiri Idayu. Mereka kemudian bersama di beranda, Idayu dengan lembutnya mengatakan kepada Soekarno kecil: 
"Engkau sedang memandangi fajar nak. Ibu katakan kepadamu, kelak engkau akan menjadi orang yang mulia, engkau akan menjadi pemimpin dari rakyat kita, karena ibu melahirkanmu jam setengah enam pagi disaat fajar menyingsing. Orang Jawa mempunyai suatu kepercayaan, bahwa orang yang dilahirkan di saat matahari terbit, nasibnnnya telah ditakdirkan terlebih dahulu. Jangan lupakan itu, jangan sekali-kali kau lupakan nak, bahwa engkau ini putra dari Sang Fajar" 
Pepatah mengatakan, perkataan ibu adalah doa. Maka kisah di atas adalah bukti yang nyata, saat Soekarno berusia sekitar 45 tahun menjadi pemimpin bangsa ini.

Kusno Yang Penyakitan
Sesuai judul diatas, Soekarno kecil sebenarnya memiliki nama asli "Kusno". Akan tetapi saat kecil ia terkenal dengan anak yang sering diserang penyakit. Mulai dari demam biasa, hingga malaria, disentri, typhus, dan sebagainya. Memang saat itu gerakan imunisasi belum sekomplit dan sekuat masa sekarang sehingga tubuh manusia memiliki imun yang lebih kuat. Waktu berusah 11 tahun, Kusno terserang typhus hebat, saban hari keluarga maupun orang-orang terdekatnya membesuk. Bahkan tidak sedikit yang menganggap Kusno diambang kondisi sekarat. Bagaimana tidak? penyakit typhus yang menyerangnya diusia itu membuat Kusno harus terbaring di kamarnya selama dua setengah bulan!

Dari Kusno Menjadi Soekarno 
Masih ada hubungannya dengan hal di atas,  Raden Sukemi yang setia setiap malam menjaga Kusno di kasurnya menyimpulkan nama Kusno tidak cocok untuk putra kesayangannya tersebut. Selama menyandang nama Kusno ia sering diserang penyakit yang tiada hentinya. Tiada jalan lain, anaknya harus diberi nama baru alias ganti nama. Dalam tradisi Jawa, praktik mengganti nama kerap dilakukan apabila nama tersebut dirasa tidak cocok atau "keberatan" yang ditandai dengan nasib atau kondisi si orang tersebut.
Akhirnya bergantilah nama Kusno menjadi Soekarno. Nama Soekarno sendiri diambil dari kata "Karna" yang terinpirasi dari salah satu tokoh epos Mahabarata, Adipati Karna. Ayahnya memilih nama ini karena ia memang "penggandrung" kisah Mahabarata. "Kus, engkau akan kami beri nama Karna. Karna adalah salah seorang pahlawan terbesar dalam cerita Mahabarata". Kusno menyambut kegirangan pemberian nama barunya tersebut, "kalau begitu tentu Karna seorang yang sangat kuat dan sangat besar". Seakan menimpali kesetujuan si Kusno dengan nama barunya tersebut, Raden Sukemi juga menambahkan bahwa Karna juga adalah sosok yang setia pada kawannya, tersohor karena keberanian dan kesaktian, pejuang bagi negaranya dan patriot yang sholeh. Ayahnya kemudian berharap Kusno yang kelak berganti nama menjadi Soekarno itu dapat menjadi Karna yang kedua, pahlawan yang besar bagi rakyatnya.
Sedangkan awalan "Su" pada namanya merupakan suatu arti dalam penamaan Jawa yang artinya baik. Adapun terkait mengapa namanya sering ditulis "Soe" bukan "Su", ialah karena riwayat ijazah dan berbagai tanda pengenal yang ia buat/dimiliki pada masa Hindia Belanda, dimana untuk huruf U memang ditulis OE. Akan tetapi paska kemerdekaan ia kembali menuliskan namanya Sukarno, dengan tandatangan yang tidak berubah bertuliskan "Soekarno".

Sumber:
Roso Daras, 2013. Total Bung Karno: Serpihan Sejarah Yang Tercecer, Penerbit Imania, Depok.

Penulis: M. Rikaz Prabowo

0 Comments:

Post a Comment