Terusan Kra dan Mimpi Buruk Negara-Negara Selat Malaka


Ilustrasi jalur pelayaran melewati terusan Kra (garuis putus-putus), dan
jalur Selat Malaka (garis menyambung)
Dokumentasi: maritimnews.com
Jalur laut merupakan metode transportasi yang sudah lama digunakan oleh umat manusia. Melalui jalur laut pula suatu negara, bangsa, hingga perdagangan terhubung. Dalam transportasi laut dikenal adanya suatu terusan yang menghubungkan antar 2 lautan atau 2 samudera. 



Ada beberapa terusan atau kadang juga disebut kanal yang terkenal di dunia. Misal, terusan Suez di Mesir yang menghubungkan antara Samudera Hindia dengan Samudera Atlantik. Ada juga terusan Panama yang menghubungkan Samudera Atlantik dengan Samudera Pasifik. Terusan yang dibuat oleh manusia tersebut dibangun untuk memperpendek jarak pelayaran kapal, bayangkan saja misal kapal dari benua Eropa yang hendak ke India. Apabila tidak ada terusan Suez maka harus mengambil jalur memutar yang amat jauh menyusuri garis pantai Afrika.

Tidak mau ketinggalan dengan dua negara tersebut (Mesir dan Panama), Thailand yang merupakan tetangga Indonesia yang sama-sama berada di Asia Tenggara ini juga sedang merancang mega-proyek pembangunan terusan. Terusan Kra, rencana proyek tersebut dinamakan. Jika terealisasi, terusan ini akan menghubungkan Laut China Selatan dengan Laut Andaman yang menuju ke Samudera Hindia. Termasuk mega proyek karena rencana panjang terusan ini tidak tanggung-tangung, lebih dari 100km! Sebenarnya bagaimana ide pembangunan Terusan Kra ini menyeruak? 

Rencana pembangunan Terusan Kra sebenarnya sudah ada sejak ratusan tahun. Pada 1870, Kerajaan Siam (Thailand) pernah mengungkapkan rencana untuk membangun terusan Kra setelah terinspirasi pembukaan terusan Suez. Kemudian pada masa modern sekitar tahun 1950-an dan 1970-an rencana ini kembali menjadi perbincangan hangat di Thailand. Pada 1980-an negara Jepang juga menyatakan minat menjadi investor apabila terusan Kra dibangun. Akan tetapi kondisi politik Thailand yang sering fluktuatif terus membuyarkan setiap kali gagasan terusan Kra muncul.

Yang terbaru pada tahun 2015 pihak Tiongkok dikabarkan siap menjadi investor dan ambil bagian dalam pembangunan terusan Kra setelah menandatangani MoU antara Kra Infrastructure Investment and Development (Thailand) dan Asia Union Group (Tiongkok). Akan tetapi apabila Kra dibangun, Pemerintah Tiongkok mengklaim tidak akan terlibat langsung dalam proyek tersebut (mungkin melalui Asia Union Group). Pihak Tiongkok begitu tertarik dengan proyek ini dikala ekonomi mereka yang sedang diatas angin (menguat) dan melalui terusan ini pula visi Jalur Sutera Maritim yang dicanang negara tersebut bisa terwujud. Estimasi pembangunan terusan ini sebesar 28 Miliar USD. Dana yang sangat fantastis dan besar. 


Dampak Apabila Terusan Kra Terwujud
Site Plan Terusan Kra
(Dokumentasi: aktual.com)
Setiap pembangunan infrastruktur lazimnya akan menuai pro dan kontra serta positif dan negatif. Sisi positif pembangunan terusan ini tentu saja langsung dirasakan manfaatnya oleh Thailand dan Tionkok. Bagi Thailand dengan adanya terusan ini geliat ekonomi di Thailand Selatan akan bergairah. Ditambah dengan berbagai bea, pajak, dan sebagainya akan bisa menambah pundi-pundi dana nasional Thailand. Adanya terusan juga akan mendorong dibangunnya berbagai investasi seperti pembangunan pelabuhan, jalan tol, galangan kapal, dan sebagainya. Lain lagi keuntungan bagi Tiongkok, disebut-sebut negara itulah yang akan menikmati hak eksklusif berinvestasi di sepanjang terusan Kra. Sedangkan bagi pelayaran mereka yang sedang giatnya berekspansi ke Timur Tengah dan Afrika akan lebih menguntungkan dan cepat. Adanya Kra juga bisa mendorong semakin hidupnya pelabuhan-pelabuhan di China. Sebenarnya tidak hanya China yang akan menikmati hasil positif terusan Kra, melainkan semua negara yang memiliki jalur pelayaran baik ekspor-impor di dari arah barat ke Asia dan sebaliknya yang biasa harus melewati Selat Malaka. Dengan melewati terusan ini, mereka tidak perlu lagi dari Laut Andaman menuju Laut China Selatan dengan melewati Selat Malaka. Lebih hemat jarak tempuh 3 hari dan juga bahan bakar selain juga terbebas dari ancaman kejahatan perompakan yang sering terjadi di selat tersebut.

Kemudian apa sisi negatifnya dari terusan Kra terutama dari segi ekonomi? Tentu saja akan berimbas besar dengan negara-negara di Selat Malaka. Terutamanya bagi Singapura yang menggantungkan pemasukan negara mereka dari industri maritim dan pelabuhan transit di sepanjang garis pantai mereka. Malaysia juga akan menerima kerugian dari sepinya kapal yang melintas di Selat Malaka tapi tidak separah Singapura. Sedangkan bagi Indonesia, dengan dibukanya terusan Kra akan menjadi suatu peluang untuk menggeliatkan pelabuhan-pelabuhan yang dekat dengan terusan tersebut misalnya pelabuhan di Sabang, Aceh, maupun di Medan Belawan. Bahkan Indonesia tidak perlu mengerahkan lagi upaya ekstra pengamanan laut di sekitar Selat Malaka yang biayanya juga tidak sedikit. 


Proyek Mission Impossible?
Pembangunan terusan Kra sebenarnya tidak semudah yang dikira, bahkan perlu didalami lebih jauh apakah hal ini akan menguntungkan atau sebaliknya justru menjadi "boomerang" bagi Thailand. Pasalnya, proyek ini benar-benar harus menggali suatu kanal yang kedalamannnya puluhan meter sejauh 102-104 kilometer! Banyak pertimbangan sosial, politik, ekonomi, budaya, hubungan regional, dan sebagainya yang harus diperhitungkan bagi Thailand. Sebagai contoh, untuk membangun terusan ini pemerintah Thailand harus memikirkan bagaimana  merelokasi jutaan penduduknya di daerah yang terdampak proyek pembangunan ini.
Posisi Terusan Kra yang berada di Thailand Selatan juga dapat menjadi batu sandungan untuk masalah politik dan keamanan negeri gajah putih tersebut. Pasalnya wilayah Thailand Selatan dikenal sering bergejolak terkait isu separatisme melawan pemerintah pusat di Bangkok. Dengan dibangunnya terusan ini sebagian wilayah Thailand Selatan secara fisik akan terpisah atau tidak tersambung dengan daratan negeri tersebut secara keseluruhan, sehingga membuka kembali bibit perlawanan separatis.
Dalam rencananya, Terusan Kra memakan waktu pengerjaan paling cepat 8-10 tahun. Waktu tersebut cukup lama, terlebih harus ada jaminan stabilitas politik dalam negeri Thailand yang sering bergejolak. Pertimbangan terakhir yakni masalah hubungan persaudaraan antar negara ASEAN, maklum saja Thailand adalah salah satu negara pendiri Perserikatan Negara-Negara Asia Tenggara tersebut. Pembanguan terusan ini jangan sampai mengorbankan hubungan erat persahabatan negara-negara di Asia Tenggar, terutama sekali Singapura dan Malaysia yang akan merasakan dampak langsung dari kehadiran Kra.

Meskipun begitu status pembangunan Terusan Kra hingga saat ini tetap masih menjadi rencana. Tahap Ground Breaking sendiri belum dilaksanakan dan hingga kini belum tahu apakah proyek ini diputuskan untuk diteruskan atau sebaliknya justru dibatalkan.

Sumber:
Liputan 6

0 Comments:

Post a Comment