Mobil Kepresidenan Hasil Rampasan

Soekarno duduk di atas kap mobil kepresidenannya REP 1
(Dokumentasi: Istimewa)
Adalah pemuda bernama Sudiro, merampas Buick 8 milik Kepala Jawatan Kereta Api Militer Jepang. Tercatat secara resmi sebagai mobil kepresidenan pertama RI.

Seorang Presiden lazimnya memiliki suatu mobil dinas untuk menunjang berbagai aktifitas kenegaraan sang kepala negara, atau biasa disebut mobil kepresidenan. Setiap presiden biasanya tidak hanya disediakan 1 mobil kepresidenan, bahkan bisa lebih dan terkadang untuk medan tertentu memang disediakan mobil khusus. 

Mobil kepresidenan harganya memang sangat mahal. Selain karena tidak diproduksi dalam jumlah banyak, mobil ini kebanyakan juga made by order alias bisa dipesan spesifikasinya sesuai keinginan dan kebutuhan. Pabrikan seperti Mercedes Benz, Rolls Royce, hingga Cadillac dikenal sebagai manufaktur kenamaan yang telah sering mengeluarkan mobil kepresidenan berbagai presiden dunia. Nah, bagaimana dengan Indonesia yang baru merdeka pada 17 Agustus 1945? Apakah sudah mampu memiliki mobil kepresidenan yang mewah padahal kondisi keuangan masih "morat-marit". Jawabannya adalah mampu, akan tetapi tidak dengan jalan dibeli.

Saat proklamasi kemerdekaan didengungkan dan Soekarno berhasil ditetapkan menjadi Presiden, maka para pemuda dan berbagai orang yang sangat republik mulai memikirkan tentang mobil kepresidenan. Seorang Presiden harus memiliki mobil kepresidenan yang mewah lagi bagus agar memiliki legitimate di hadapan pemimpin negara lain. Akan tetapi bagaimana cara memilikinya? Indonesia belum memiliki kas negara saat itu. Maka jalan satu-satunya agar Soekarno memiliki mobil kepresidenan adalah dengan jalan tidak lazim dengan mencuri atau merampas sekalipun. Adalah Sudiro, teman dekat Soekarno, tokoh golongan muda, soal semangat proklamasinya jangan ditanya. Sudiro ingin menghadiahkan mobil terbaik yang cocok untuk digunakan sebagai mobil kepresidenan bagi Soekarno. Sudiro tahu di Jakarta ada mobil berjenis Buick 8, mobil terbaik diantara banyak mobil di Jakarta kala itu. Mobil itu berwarna hitam, bermuatan banyak, kabin agak panjang, dan memiliki kaca pembatas antara ruang pengemudi dan ruang penumpang.

Akan tetapi mobil itu sulit ditemukan keberadaannya, selain jarang digunakan juga diketahui mobil itu milik Kepala Jawatan Kereta Api Pemerintahan Militer Jepang. Mendengar siapa yang memilikinya saja sudah bikin ngeri, hingga suatu saat Sudiro berhasil menemukan mobil itu sedang terparkir di garasi yang terbuka. Mobil Buick 8 itu ternyata di supiri oleh orang pribumi, seorang lelaki asal Jawa Tengah yang Sudiro sendiri kenal. Sudiro menemui sang supir dan meminta kunci mobil tersebut, sang supir menanyakan alasannya "kenapa"? Sudiro menjelaskan mobil itu akan diberikan kepada Presiden Soekarno sebagai mobil kepresidenan. Seakan menyetujuinya, tanpa perlawanan sang supir segera keluar dari kursi pengemudi dan menyerahkan kunci Buick 8 tersebut. Sudiro menyuruh sang supir segera pulang ke Jawa Tengah agar tidak ketahuan si majikan.

Mobil sudah didapatkan tapi ada masalah baru, Sudiro tidak bisa menyetir mobil. Maklum saat itu masih jarang orang memiliki mobil dan keahlian menyetir mobil memang jarang dimiliki. Orang pribumi pada masa Belanda maupun Jepang memang dilarang memiliki mobil kecuali para pembesar atau kalangan ningrat. Untunglah supir pribumi lain yang juga menjadi supir bagi pejabat pemerintahan militer Jepang mau menolong dan menyupiri mobil tersebut hingga akhirnya terparkir di belakang rumah Soekarno Jl. Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta. Tidak diketahui secara pasti kapan mobil itu diambil, yang jelas peristiwanya masih sekitar bulan Agustus-Oktober sebelum ibukota pindah ke Yogyakarta pada 4 Agustus 1946. Mobil Buick 8 hasil "rampasan" dari Jepang itu resmi menjadi mobil kepresidenan pertama dengan nomor plat REP-1.

Sumber:
Cindy Adams, 2014. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (Edisi Revisi). Yayasan Bung Karno - Media Pressindo, Yogyakarta.

Penulis: M. Rikaz Prabowo


0 Comments:

Post a Comment