Inggit Garnasih, Istri Perjuangan Bung Karno

Sukarno dan Inggit Garnasih
(Dokumentasi: Istimewa)
Presiden Sukarno semasa hidupnya memiliki 9 istri dan yang paling dicintainya barangkali ialah istri keduanya, Inggit Garnasih. Inggit lahir di Bandung pada 17 Februari 1888, masa mudanya dikenal sebagai gadis desa yang cantik jelita dan menjadi idaman pria kala itu. Ia kemudian menikah dengan Nata Atmadja, seorang Patih di kantor Residen Priangan. Pernikahan itu tidak berlangsung lama dan mereka bersepakat untuk cerai. Kemudian Inggih menikah lagi dengan seorang pengusaha dan aktifis Sarekat Islam, Haji Sanusi. Hubungan Inggit dengan Haji Sanusi sebenarnya berlangsung baik, akan tetapi tidak dipungkiri Inggit lebih sering merasa kesepian karena sering ditinggal suaminya yang sangat sibuk.
Share:

New People's Army, Setengah Abad Lebih Memberontak

Ilustrasi gerilyawan New Peoples Army 
(Dokumentasi: www.intelligencefusion.co.uk)
Isu tentang bangkitnya ideologi komunis dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) nya sempat menghangat sekitar tanggal 30 September hingga 1 Oktober 2017 kemarin. Fenomena isu ini sudah ibarat sebuah annual issue yang terus akan dibahas setiap tahun menjelang peringatan Gerakan 30 September dan Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober. Nah rupanya momen ini dipakai oleh orang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan berita bohong atau hoax. Perlu penulis garis bawahi, berita bohong yang penulis maksud adalah bukti gambarnya, karena penyebar berita ingin meyakinkan kepada publik dengan sebuah gambar. Akan tetapi gambar yang digunakan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya alias palsu.
Share:

Pecah Kongsi Pak Harto dan Pak Nas

Jend. A.H Nasution (kiri), dan Jend. Suharto
(kanan). Dokumentasi: LIFE
Gerakan 30 September 1965 yang dipimpin oleh Letkol Untung Syamsuri, Komandan Pasukan Tjakrabirawa, seperti yang telah diketahui dapat dilumpuhkan dengan mudah kurang dari 24 jam. G-30-S memang berhasil membunuh sejumlah jenderal dan tentara, namun gagal mengambil alih pemerintahan. Bahkan organisasi mereka kacau balau pada tanggal 1 Oktober 1965 dan telah kehilangan arah pergerakan. Ada tiga jenderal tinggi AD yang selamat pada malam jahanam tersebut, yakni Panglima ABRI A.H. Nasution, Komandan Kostrad Soeharto, dan Komandan RPKAD Sarwo Edhie Wibowo. Pemberantasan PKI dan G-30-S pun dengan segara dilakukan. Jika Sarwo Edhie adalah orang "lapangan" dalam pemberantasan tersebut, maka duet A.H Nasution dan Soeharto adalah think and thank nya.
Share:

Benarkah Yani Disiapkan Menggantikan Sukarno?


Jenderal Ahmad Yani
(Dokumentasi: Koleksi Museum Sasmitaloka 
Jenderal Ahmad Yani, Jakarta)

Meletusnya peristiwa Gerakan 30 September 1965 yang merenggut nyawa 7 jenderal Angkatan Darat, secara tidak langsung diyakini masih ada kaitannya dengan kesehatan Presiden Sukarno. Menjelang 1965 banyak kalangan yang mulai bertanya-tanya siapa yang akan menggantikan Presiden Sukarno jika kondisi sang proklamator tersebut tidak juga membaik. Seperti diketahui, Presiden Sukarno menginjak usianya yang ke enam puluh mulai didera sejumlah gangguan kesehatan, paling santer ialah kondisi ginjalnya yang mulai melemah. Bahkan pada 4 Agustus 1964, kurang lebih 2 bulan sebelum peristiwa 30 September 1965 ia sempat pingsan dan di diagnosa menderita stroke ringan karena penyempitan pembuluh darah ke otak. 

Share: