Lukisan ilustrasi Vladimir Lenin yang memimpin kaum Bolshevik dalam merebut Istana Musim Dingin milik Kekaisaran Rusia (Dokumentasi: Istimewa) |
Revolusi adalah suatu perubahan dengan cepat, dan cukup mendasar bahkan sering kali dibarengi dengan kekerasan. Salah satu revolusi yang paling terkenal di dunia ialah Revolusi Rusia 1917, atau sering juga disebut Revolusi Oktober 1917 (atau Revolusi Oktober saja). Sesuai namanya, revolusi ini terjadi di Rusia yang dahulu masih berstatus negara Kekaisaran dimana Kaisar Tsar Nicholas II dari dinasti Romanov berkuasa kala itu. Revolusi Rusia hanyalah puncak dari kebobrokan pemerintah Nicholas II yang korupsi, otoriter, monarki, dan represif terhadap rakyatnya. Revolusi Oktober sebenarnya baru berhasil pada 7 November 1917 saat kekuataan Bolshevik berhasil merebut Istana Musim Dingin dan menggulingkan Pemerintahan Sementara pimpinan Karansky. Penggulingan tersebut dianggap karena sejak Revolusi Februari 1917 kebijakan-kebijakan yang dibuat belum memuaskan rakyat.
Pengaruh Revolusi Oktober 1917 secara cepat menyebar ke berbagai negara lain. Secara berangsur ideologi sosialisme-komunisme mulai dipelajari oleh orang bahkan mulai mendapatkan hati di beberapa kalangan. Tidak terkecuali bagi kaum pergerakan Indonesia yang saat itu sedang krisis terhadap ideologi paska politik etis. Hingga akhirnya secara umum paska 1917 hingga 1945 kaum pergerakan Indonesia berjuang dengan landasan ideologisnya masing-masing seperti Islamisme, Nasionalisme, dan Sosialisme.
Murid Revolusi Oktober 1917 Dari Indonesia
Hanya dalam tempo waktu satu tahun paska 1917, paham sosialisme-komunisme mulai mewarnai suasana kaum pergerakan nasional Indonesia. Ide-ide ideologi paham tersebut memang terdengar frontal dan revolusioner, dalam bidang ekonomi misalnya yang anti terhadap liberalisme dan modal asing. Hal ini kontra terhadap kebijakan ekonomi Hindia Belanda yang saat itu justru sebaliknya, menerapkan liberalisme dan memperluas masuknya perusahaan asing menanamkan modal hingga usahanya di Indonesia. Dampak buruk dari kebijakan ekonomi Hindia Belanda yang justru meningkatkan kemiskinan karena upah buruh yang teramat rendah menjadi senjata kaum sosialis-komunis untuk melancarkan aksinya menyerang pemerintah.
Tahun 1918 di dalam tubuh Sarekan Islam (SI) sudah terdapat faksi yang bernama SI-Merah yang berlandaskan sosialisme-komunisme. Pada Mei 1920 pada Kongres di Semarang ISDV (Organisasi Sosial Demokrat Hindia Belanda) yang menjadi cikap bakal PKI tersebut berubah menjadi Perserikatan Hindia Belanda (PKH) dimana Semaun dan Tan Malaka yang merupakan anggota SI juga tergabung dalam PKH. Saat itu SI memperbolehkan anggotanya berstatus keanggotaan rangkap dengan organisasi lain.
Pada 1921 H. Agus Salim melakukan disiplin organisasi dengan melarang anggotanya rangkap keanggotan pada organisasi pergerakan lain. Hal ini membuat anggota PKH yang juga tergabung dalam SI kecewa dan memilih hengkang. Termasuk Tan Malaka, Semaun, Darsono dan lainnya yang akhirnya fokus membesarkan PKH hingga menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Hal tersebut terjadi pada Mei 1921 dan Semaun menjadi ketua pertama partai yang track record nya akan menjadi "momok" hingga sekarang. Saat didirikan pada tahun 1920, Perserikatan Komunis Hindia (PKH) sudah cukup memiliki nama karena termasuk anggota pertama dari Asia dalam Komintern (Organisasi Komunis Internasional)
Semaun dan Tan Malaka adalah dua tokoh komunis Indonesia yang namanya cukup dikenal di percaturan Komunisme Internasional, pergerakan mereka bahkan hingga ke Moskow. Pada akhir tahun 1921 Semaun meninggalkan Indonesia untuk bermukim di Moskow dalam beberapa waktu. Tidak diketahui pasti pilihannya untuk tingal di Moskow, namun dapat di duga ia pergi ke ibukota Rusia tersebut dalam rangka berkoordinasi antara PKI dengan organisasi komunis internasional. Kepergiannya ke Moskow juga untuk melakukan pendekatan dan lobi terhadap orang penting di Pemerintahan Soviet dan mendalami ideologi yang ia anut. Konon saat di Moskow ia sempat berdiskusi dengan Vladimir Lenin.
Pada 1923 Semaun diasingkan oleh pemerintah karena tuduhan keterlibatan penggerakan aksi demonstrasi buruh secara luas. Ia diasingkan ke Belanda, negeri induk Hindia Belanda. Setelah masa pengasingannya selesai Semaun memilih menetap di Moskow. Ia aktif di Komite Eksekutif Komunis Internasional. Karirnya di negeri tirai besi tersebut tergolong cemerlang, ia sempat diangkat oleh Joseph Stalin menjadi pimpinan Badan Perancang Negara (Gozplan) di Tajikistan. Semaun terus tinggal di Uni Soviet hingga akhirnya pulang kembali ke Indonesia pada 1953. Saat itu ia kembali, Semaun sudah sama sekali tidak memiliki hubungan dengan PKI. Akan tetapi ia tetap dianggap sebagai senior dan founding father bagi partai berpaham marxis tersebut.
Datun Sultan Ibrahim Tan Malaka (Dokumentasi: Istimewa) |
Kembali ke Indonesia ia memutuskan untuk masuk dalam serikat guru ISDV yang merupakan organisasi bawahan dari ISDV. Sesuai profesinya, ia mulai mengajar pada 1920 di Tanjung Morawa, Deli, Sumatera Utara. Kemudian ia pindah ke Semarang pada 1921 dan mendirikan Sekolah Rakyat atas bantuan kawan-kawannya di SI-Merah. Sekolah tersebut benar-benar di setting layaknya sekolah di Uni Soviet, baik kurikulum maupun politik pendidikan yang diajarkan sekolah tersebut. Bahkan setiap pagi murid di sekolah tersebut wajib menyanyikan lagu Internationale yang merupakan lagu perjuangan kaum kiri. Pada tahun 1921 ia menggantikan Semaun sebagai ketua PKH yang saat itu sedang pergi ke Moskow selama beberapa bulan. Pada November 1922 gantian dirinya yang akhirnya mewakili Indonesia dalam konferensi Komintern di Moskow. Sejak saat itu Tan Malaka lebih banyak melakukan perjuangannya di luar negeri, salah satu alasannya dirinya sudah tidak aman berada di Indonesia karena menjadi buruan polisi Belanda. Dari 1922-1942 ia tinggal di beberapa negara seperti China, Burma, Hongkong, Thailand, Filipina, Singapura, dan Malaysia.
Selain menyebarkan ide dan gagasan lewat organisasi, partai, maupun perjuangan pendidikan misalnya, kedua tokoh tersebut juga mencoba menyebarkan melalui tulisan. Terutama Tan Malaka yang sepanjang hidupnya dikenal sebagai penulis buku yang produktif. Beberapa buku populer tulisan Tan Malaka dan masih bertahan hingga sekarang seperti Menuju Indonesi Merdeka, Madilog, Dari Penjara ke Penjara, Gerilya Politik dan Ekonomi, hingga Massa Aksi yang sangat gandrung tersebut. Sedangkan Semaun gagasan dan idenya lebih banyak ditulis dalam media massa.
Adalah hal yang agak tabu membicarakan hal tentang komunisme dan segala bentuk turunannya saat ini karena terkait dalam Peristiwa 1965. Akan tetapi pengaruh Revolusi Oktober 1917 bagaimanapun juga mewarnai pergerakan nasional di Indonesia dengan munculnya organisasi atau partai yang asasnya terinspirasi dari revolusi tersebut. Misal, Partai Komunis Indonesia dan Partai Sosialis Indonesia yang didirikan Sutan Syahrir. Secara lebih berani gerakan sosialisme-komunisme di Indonesia memang berani bergerak secara frontal dan radikal, bukan cuma menggerakkan massa buruh untuk demonstrasi. Bahkan berani menggerakan pemberontakan pertama buruh Indonesia pada 1926 di Banten dan Sumatera Barat, meskipun akhirnya dapat ditumpas.
Sumber:
RBTH Indonesia
Wikipedia: Tan Malaka dan Semaun
Penulis: M. Rikaz Prabowo
0 Comments:
Post a Comment