B.M Diah Si Penyelamat Naskah Proklamasi

Burhanuddin Muhammad Diah
(Sumber: imron.web.id)
Siapa sangka? Teks asli naskah proklamasi tulisan tangan oleh Bung Karno diselamatkan Diah dari keranjang sampah!

Pagi hari tanggal 17 Agustus 1945 fajar belum hadir di ufuk timur ketika Sukarno, Hatta, dan kawan-kawan lainnya anggota PPKI sedang merumuskan suatu peristiwa maha penting dalam sejarah negeri ini, Proklamasi Kemerdekaan. Rasa kantuk dan lelah jelas menyelimuti seluruh anggota PPKI, terutama Sukarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo yang pada malam 16 Agustus 1945 baru saja dibebaskan oleh pemuda yang mendesak segera diproklamasikannya kemerdekaan dari Rengasdengklok, Karawang. 


Proklamasi tidak bisa ditunda-tunda lagi, bisa saja mengikuti tanggal 24 Agusus 1945 yang telah diamanatkan Jepang. Akan tetapi itu akan menimbulkan tafsir bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan pemberian Dai Nippon. Karena tidak ada jaminan keamanan, para perumus teks proklamasi terpaksa meminjam rumah Laksamana Tadashi Maeda di kawasan Menteng, Jakarta. Sebab hanya ia lah petinggi tentara Jepang yang berani memberi jaminan keamanan penyusunan teks proklamasi di seluruh Jakarta.

Teks proklamasi bukanlah sembarang kalimat karangan, ia mengandung pernyataan yang luhur dan penuh dengan emosional. Maka tidak heran memikirkan kalimat yang tepat tersebut memakan waktu cukup lama dan baru selesai saat matahari sudah mulai terlihat di ufuk timur kemudian diketik/disalin secara rapi oleh Sayuti Melik. Sementara naskah asli yang terdapat coretan dan hasil tulisan tangan sebenarnya dibuang oleh Sukarno ke keranjang sampah. Dibuang? Ya, saat itu banyak hal yang harus dipikirkan terkait pelaksanaan proklamasi daripada apa yang harus dilakukan terhadap naskah asli tersebut. Untuk diketahui saat hari proklamasi sebenarnya Sukarno sedang dalam keadaan tidak sehat, maklum beberapa hari sebelumnya ia begitu disibukkan dengan perjalanan-perjalanan yang jauh demi kemerdekaan. 

Akan tetapi, toh akhirnya naskah asli yang dibuang ke keranjang sampah itu akhirnya dapat terselamatkan oleh sosok seorang Burhanudiin Muhammad Diah. Lahir pada 7 April 1917 di Kutaraja (sekarang Banda Aceh) di Provinsi Aceh, pria yang lebih dikenal dengan B.M Diah ini merupakan seorang jurnalis dan wartawan. Pendidikan masa kecilnya dihabiskan di HIS dan Sekolah Taman Siswa di Medan. Untuk semakin membuka cakrawala dan pergaulannya, ia merantau ke Jakarta dan melanjutkan pendidikan Ksatriaan Instituut pimpinan E.F.E Douwes Dekker. Di sekolah itu ia menekuni dunia Jurnalistik dan Wartawan. 

Teks asli naskah proklamasi tulisan tangan sebelum disalin/diketik ulang
dengan mesin ketik. (sumber: Antara)

B.M Diah termasuk salah satu tokoh jurnalis masa kemerdekaan yang cukup dikenal namanya. Menjelang kemerdekaan ia bergabung dengan Koran Asia Raya milik pemerintah militer Jepang sekaligus penyiar berbahasa Inggris pada Radio Hosokyoku. Peran B.M Diah dalam perumusan naskah proklamasi cukup besar meskipun ia bukan anggota PPKI. Berkat luasnya jaringan, B.M. Diah mengontak pemuda-pemuda pergerakan untuk segera merapat ke rumah Laksamana Tadashi Maeda untuk menjaga proses perumusan naskah proklamasi. Ia juga menyaksikan bagaimana naskah itu disusun oleh para anggota PPKI pimpinan Sukarno dan Moh. Hatta. Akan tetapi B.M Diah tidak sempat menyaksikan pembacaan proklamasi pukul 10.00 pagi di Pegangsaan Timur No. 56, karena terlanjur berada di Lapangan Ikada yang sedianya direncanakan sebagai tempat proklamasi.

Kembali ke soal penyelamatan naskah proklamasi. Alkisah paska naskah proklamasi tulisan tangan Sukarno telah diketik ulang secara rapi oleh Sayuti Melik, naskah tersebut dibuang begitu saja di keranjang sampah. Untunglah karena insting alami seorang jurnalis yang dimiliki B.M Diah dan sadar naskah yang sudah dikuwel-kuwel itu akan bernilai sejarah tinggi maka ia berinisatif mencarinya dan ditemukanlah di keranjang sampah. Ia segera merapikan naskah tersebut kemudian disimpannya dengan diselipkan dalam buku catatan yang selalu ia bawa. Tidak hanya menyelamatkannya, bahkan B.M Diah lah orang yang merawat dan menyimpan naskah itu. Pada tahun 1993 naskah akhirnya baru diserahkan kepada pemerintah dan diterima langsung oleh Presiden Suharto. Apabila handai taulan melihat naskah proklamasi berbentuk tulisan tangan dan terdapat cukup banyak coretan, maka disanalah ada andil B.M Diah. Jika tidak, maka publik mungkin tidak akan pernah tahu bagaimana pergulatan ide dan tergesa-gesa nya naskah itu dibuat!


- I -

Paska proklamasi kemerdekaan RI B.M Diah termasuk salah satu tokoh yang berjasa menyebarluaskan berita kemerdekaan. Setelah merebut percetakan Djawa Shinbun dari Jepang, pada 1 Oktober 1945 ia mendirikan harian Merdeka. Ia juga pernah bertugas menjadi Duta Besar di beberapa negara seperti Cekoslovakia, Hungaria, Inggris, dan Thailand pada masa Presiden Sukarno. Pada 1968 ia diangkat oleh Pj. Presiden Jenderal Suharto sebagai Menteri Penerangan. Pernah pula menjabat sebagai anggota DPR dan anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Wafat pada 10 Juni 1996 di Jakarta. 

------------------

Ditulis berdasarkan kunjungan penulis ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Jakarta, 4 Agustus 2018.

Sumber:
Cindy Adams, 2014. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat, Yayasan Bung Karno-Media Pressindo, Yogyakarta.
Erwin Dariyanto, B.M Diah Saksi dan Penyebar Teks Proklamasi, Detik News 17 Agustus 2017. diunduh dari https://news.detik.com/berita/d-3603335/bm-diah-saksi-dan-penyebar-teks-proklamasi pada 16 Agustus 2018 

Penulis: M. Rikaz Prabowo

0 comments:

Post a Comment