Kisah Masjid 'Suharto' di Sarajevo-Bosnia

Masjid Istiqlal di Sarajevo
Sumber: Margaret Hyde www.redbubble.com
Sarajevo, suatu kota yang berada di daerah Balkan tepatnya di Bosnia-Herzegovona (BiH) ini pernah hancur berantakan, luluh lantak karena perang saudara menyusul runtuhnya Yugoslavia pada 1991-1995. Perang berkembang tidak sebatas tembak menembak, bahkan diikuti dengan aksi genosida,  kejahatan kemanusiaan, pengrusakan rumah-rumah sipil, termasuk tempat ibadah. Salah satunya rumah ibadah yang paling banyak hancur selama perang itu adalah Masjid. Keberadaan Masjid di BiH bukanlah hal yang baru, setidaknya negeri yang memiliki banyak gunung dan perbukitan itu telah ratusan tahun menjadi bagian dari Turki Ustmani dan banyak penduduknya yang memeluk Islam. 


Sebelum perang, Bosnia memiliki puluhan Masjid yang berusia cukup tua dan telah dibangun sejak masa Turki Ustmani. Akan tetapi perang yang berkecamuk menyebabkan masjid-masjid bersejarah itu hancur, rata dengan tanah. Begitupula dengan umat Islam di Bosnia, mereka yang non kombatan pun tidak luput dari aksi pembunuhan oleh tentara dan paramiliter Serbia. Setelah tercapainya Perjanjanjian Dayton, Desember 1995 perang pun berakhir dan Pemerintah Bosnia mulai melakukan rekonstruksi kembali aset dan infrastruktur yang hancur. Salah satunya pembangunan masjid baru lebih dikenal dengan nama Masjid Indonesia di Sarajevo. 


Sejarah Awal
Adanya Masjid Indonesia di Sarajevo tidak lepas dari perang Presiden Suharto yang melakukan kunjungan ke kota itu sekitar Maret 1995 untuk menemui Presiden Bosnia Alija Izetbegovic. Kala itu Presiden Suharto kebetulan juga menjabat sebagai Ketua Gerakan Non Blok (GNB) dan Yugoslavia adalah salah satu negara pendiri sekaligus anggota GNB. Kunjungan yang amat berisiko dan mengancam nyawa itu tetap dilakoni 'Pak Harto' demi dapat memberi dukungan moril pada Pemerintah Bosnia sekaligus menjadi titik awal hubungan diplomatik antara RI dengan Bosnia. 

Pada 1995, Pemerintah Indonesia juga dengan bantuan donasi rakyat Indonesia mendirikan Masjid di Sarajevo yang dimaksudkan sebagai tanda solidaritas dan persahabatan antar kedua negara. Masjid itu kemudian di dirikan di distrik Otoka, Kotamadya Novi Grad, Sarajevo. Untuk mewujudkan pembangunan masjid ini, Presiden Suharto menggerakkan pegawai-pegawai yang ia percaya untuk melakukan lobi ataupun penghubung antara Pemerintah RI dan Pemerintah Bosnia. Untuk urusan rancang bangun, Presiden Suharto mempercayakan pada arsitek terkemuka nasional kala itu, Fauzan Noe'man untuk merencang Masjid yang sedianya nanti akan dinamakan Masjid Istiqlal seperti di Jakarta. Fauzan dianggap arsitek yang mumpuni dalam rancang bangun Masjid. Setidaknya Masjid Raya Batam, Masjid Baiturrahim di kompleks Istana Merdeka, dan Masjid At-Tin di Taman Mini Indonesia Indonesia merupakan hasil pemikirannya yang masih bertahan hingga sekarang.

Tahun 1996 pembangunan Masjid Istiqlal mulai dilaksanakan dengan asistensi dari tenaga Indonesia. Pada tahun 1998 pembanguan Masjid ini sempat terhenti karena krisis ekonomi dan lengsernya Presiden Suharto. Sehinga pembangunan Masjid Istiqlal baru selesai pada 2001. Pada tahun yang sama pula, tepatnya sekitar bulan November 2001 Menteri Agama RI Said Agil Al-Munawar secara resmi atas nama Pemerintah Indonesia meresmikan pembukaan masjid ini. Pada tahun 2002 giliran Presiden Megawati Sukarnoputri yang menyempatkan berkunjung ke masjid ini saat perjalanan dinas ke Sarajevo.

Masjid yang memiliki luas bangunan sekitar 2500 meter persegi ini selain sebagai tempat dilaksanakannya ibadah sholat 5 waktu juga digunakan untuk berbagai kegiatan layaknya Islamic Center di Indonesia, termasuk pendidikan Al-Qur'an. Masjid bergaya Postmodern ini juga terlihat modern dan megah dan menjadi daya tarik tersendiri diantara masjid-masjid lain di Sarajevo yang kebanyakan bergaya Ottoman. Meskipun mengenakan nama resmi Masjid Istiqlal, masyarakat muslim Sarajevo juga memiliki sebutan lain untuk masjid yang memiliki dua menara setinggi 48 meter itu yakni Masjid Suharto. Sesuai nama sang penganggas pembangunan, Presiden Suharto dari Indonesia. 

Sumber:
Kementerian Luar Negeri RI, pada 5 Mei 2019
Istiqlal Mosque, Sarajevo, pada 5 Mei 2019

Penulis: M. Rikaz Prabowo


0 comments:

Post a Comment