Berkah KMB Bagi Angkatan Perang Indonesia

B-26 Invader milik AURI
(sumber: militer.or.id)
Artikel ini dibuat untuk memperingati 70 tahun Konferensi Meja Bundar dan Penyerahan Kedaulatan Belanda ke Indonesia pada 27 Desember 1949. 

Isi Konferensi Meja Bundar (KMB) yang mulai efektif 27 Desember 1949 selain menjadi dasar pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, juga menjadi suatu causa dimulainya babak baru angkatan perang Indonesia yang lebih modern.

Berkat KMB, Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) dalam sekejap menerima berbagai Alat Utama Sistem Persenjataan (ALUTSISTA) eks-Belanda. Terutama yang memang saat KMB efektif berada atau ditugaskan di Indonesia, mulai dari Tank hingga Pesawat Tempur.
Di matra udara misalnya, ibarat durian runtuh, dalam satu hari APRIS mewarisi puluhan pesawat tempur modern kala itu yang belum pernah dimiliki Indonesia sebelumnya. Jenisnya pun lengkap, mulai dari pesawat bomber B-25 Mitchell dan B-26 Invader, pesawat transport DC-3/C-47, pesawat amfibi PBY 5 Catalina, pesawat intai taktis Auster, hingga pesawat petempur legendaris Amerika Serikat yang banyak digunakan dalam Perang Dunia II, P-51 Mustang. Hal itu belum termasuk dengan berbagai sarana-prasarana udara seperti lapangan udara, depo-depo, sistem radar, meriam penangkis serangan udara, dan berbagai sarana infrastruktur milik Militaire Lucthvaart (ML/AU Hindia Belanda).

Sekali lagi, ibarat 'durian runtuh', hal ini ternyata membuat pusing petinggi AU di masa awal tahun 1950. Benny Adrian dalam Skuadron Udara 1: Skuadron Pertama AURI Pasca Kemerdekaan sebagaimana dalam angkasa.news (2019), menyebutkan KSAU Komodor Suryadi Suryadarma bahkan menetapkan tiga langkah konsolidasi untuk mengatasi limpahan material (alutsista) yang demikian besar dalam waktu singkat. Langkah-langkah tersebut yang pertama yakni konsolidasi internal, kedua reorganisasi ML, dan ketiga yakni konstruksi Angkatan Udara. Karena minimnya sumber daya manusia untuk menggawangi alutsista udara, banyak penerbang-penerbang Belanda yang saat itu masih di Indonesia direkrut untuk membantu membesarkan AURIS. Skuadron-skuadron juga segera didirikan untuk menampung pesawat eks-Belanda itu, salah satunya Skuadron Udara 1 yang pertama kali dikomandoi Letnan Udara 1 Petrus Geratdus Otto Noordraven. Pilot bomber yang kenyang pengalaman Perang Pasifik itu sukses menerbangkan B-26 Invader yang telah beridentitas AURIS pada 30 April 1950. 


Destroyer Pertama Indonesia
KRI Gadjah Mada saat masih berdinas pada
Angkatan Laut Kerajaan Belanda
(sumber: indomiliter.com)
Selain Angkatan Udara yang menerima 'durian runtuh' sebagai bagian manis dari KMB, Angkatan Laut juga menerima beberapa kapal perang yang kondisinya cukup baik dan lethal. Dalam sidang KMB, Belanda sebenarnya sempat keberatan bahwa kapal perang Koninklijke Marine (KM/AL Kerajaan Belanda) yang ada di Indonesia harus diserahkan pada APRIS. Dalam rapat Komisi Militer KMB, Belanda menginginkan kapal perangnya ditarik ke negeri Belanda, sedangkan RIS menginginkan kapal-kapal itu diserahkan, demikian ungkap Leonardo dalam Pembentukan dan Pembubaran Negara RIS 1949-1950 (penelitian Universitas Sanata Dharma, 2017: 67)  Akan tetapi setelah negosiasi, APRIS mendapatkan beberapa jenis kapal perang yang pernah digunakan untuk memblokade ekonomi Indonesia itu. Majalah Info Historia terbitan Subdivisi Sejarah Dinas Penerangan Angkatan Laut Markas Besar TNI AL volume 4 edisi tiga bulan Oktober 2014 menyebutkan, armada AL pada awalnya merupakan bekas pakai AL Belanda yang terdiri dari beberapa jenis seperti jenis kapal perusak (destroyer), kapal korvet, kapal penyapu ranjau, kapal patroli, hingga kapal angkut dan pendarat. 

Dari jenis-jenis di atas, kapal yang paling menyita perhatian adalah kapal kombatan (kapal tempur) dari jenis korvet dan jenis perusak atau destroyer. ALRIS mendapatkan 4 kapal korvet Bathurts Class buatan Australia eks KM Belanda, antara lain kemudian dinamakan KRI Hang Tuah 253 (eks HNLMS Morotai), KRI Radjawali 254 (eks HNLMS Banda), KRI Banteng 255 (eks HNLMS Ambon, dan KRI Pati Unus 256 (eks HNLMS Tidore). Kemudian untuk jenis destroyer ALRIS mendapatkan 1 unit N Class Destroyer buatan Inggris pada Maret 1951 yang kemudian dinamakan KRI Gadjah Mada 201 (eks HNLMS Tjerk Hiddes) yang memiliki senjata utama meriam 120mm dan dilengkapi berbagai meriam ukuran lebih kecil lainnya hingga torpedo dan depth charges (bom laut untuk memburu kapal selam).

Masih dari sumber Info Historia di atas, ALRIS bahkan juga menerima alutsista selain kapal, yakni pesawat patroli maritim UF-2 Albatross, berbagai kendaaan tempur pendarat amfibi jenis Landing Vehicle Tracked Armored (LVTA) untuk mendaratkan kendaraan tempur dan Landing Vehicle Tracked Howitzer (LVTH) untuk mendaratkan meriam, dan truk amfibi DUKW serta tank dari jenis M4A3 Sherman. Haryo Adjie dalam indomiliter.com (2015), menyebutkan kendaraan tempur dari kendaraan amfibi, truk amfibi, hingga tank tersebut awalnya hanya berada di satuan tingkat kompi Korps Komando TNI AL  yang menjadi cikal bakal Marinir. Pada 17 Oktober 1961 barulah ditingkatkan menjadi satuan Batalyon. Gilang Perdana dalam M4A3 Sherman Sejarah Tank Pertama Korps Marinir sebagaimana dalam indomiliter.com (2013) menyebutkan saat peresmian, batalyon kavaleri pertama di Angkatan Laut Indonesia itu berkekuatan 9 unit M4A3 Sherman. 


Embrio Satuan Kavaleri Angkatan Darat Indonesia 
Tank Stuart 'Jan Cox' tang melegenda saat masih berdinas
di KNIL sekitar tahun 1945/1946
(sumber: indomiliter.com)

Tidak mau ketinggalan seperti Angkatan Udara dan Angkatan Laut yang merasakan 'durian runtuh', Angkatam Darat RIS (ADRIS) juga menerima ratusan kendaraan tempur (ranpur) yang sebelumnya dioperasikan oleh Koninklijk Netherlandsch Indische Leger (KNIL). Jenisnya pun beragam, mulai dari truk, panser, hingga tank. Petrik Matanasi dalam Kavaleri Angkatan Darat Bermodal Warisan Belanda sebagaimana dalam tirto.id (2018) menyebutkan, hampir semua panser dan tank milik KNIL diambil alih TNI, diantara yang paling menonjol adalah Tank Stuart (M3A3 Light Tank). Tank buatan Amerika Serikat yang kenyang makan asam garam Perang Dunia II itu masih banyak dapat disaksikan jejaknya yang dijadikan monumen di berbagai museum dan kesuatuan TNI-AD. Bahkan tank milik Pusat Kesenjataan Kavaleri (Pussenkav) di Bandung masih memelihara satu tank ini dalam keadaan sehat. 

Satuan lapis baja milik Angkatan Darat sendiri diresmikan pada 9 Februari 1950 di bawah pimpinan pertamanya oleh Letkol Kav KGPH Soerjo Soejarso dengan membawahi 4 eskadron kaveleri masing-masing di Bandung, Magelang, Palembang, dan Medan. Selain Tank M3A3 Stuart seperti disebutkan di atas, modal pendirian Komando Pasukan Lapis Baja pertama di Indonesia ini antara lain ranpur Lynx Scout Car, Humber Scout Car, Otter Light Reconnaisance Car, Universal 'Bren' Carrier yang kesemuanya adalah eks-KNIL. Demikian dalam Perkembangan Organisasi Kavaleri dalam situs resminya pussenkav.mil.id. 

Uniknya, menurut Gilang Perdana dalam M4A3 Sherman Sejarah Tank Pertama Korps Marinir sebagaimana dalam indomiliter.com (2013), pucuk pimpinan Kaveleri ADRIS kala itu memang berasal dari TNI namun sebagian besar awak dan instruktur berasal dari mantan satuan kavaleri KNIL baik VET (Verkennings Eskadron Tank) dan VEP (Verkennings Eskadron Panserwagen). Penerimaan anggota KNIL ke dalam APRIS ini dikarenakan selain mereka telah berpengalaman dalam pengoperasian tank dan panser saat masa revolusi, juga sebagai kesepakatan dalam KMB dimana tentara eks-KNIL disertakan dalam APRIS. Selain itu diterima pula panser M8 Greyhound yang juga kondang melawan Jerman di palagan Perang Dunia II yang terakhir kali diketahui berdinas di satuan Brigade Mobil (BRIMOB) Kepolisian Republik Indonesia hingga tahun 2001. 

Penulis: M. Rikaz Prabowo

0 comments:

Post a Comment