Hatta Dikencingi Guntur

Guntur (tengah) bersama kedua orang tuanya
Fatmawati dan Sukarno (Sumber: IPPHOS)


Sejarah Peristiwa Rengasdengklok 16 Agustus 1945 tidak hanya milik kelompok tua dengan kelompok muda, Sukarno-Hatta dengan Syahrir-Sukarni. Namun juga bagi seorang anak berusia sembilan bulan ketika itu yang turut ikut diculik, dialah Guntur Sukarnoputra. Putra sulung Sukarno itu mungkin belum mengingat, karenanya Hatta tak bisa melaksanakan hajat sholatnya. 

Memori penculikan terhadap dua tokoh proklamator itu tertulis pada masing-masing buku biografi  dan otobiografi mereka. Sukarno dalam Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat karya Cindy Adams menuturkan, penculikan terhadap dirinya terjadi sekitar pukul 3 pagi. Ketika ia hendak bersantap sahur itulah Sukarno menyaksikan pemuda berpakaian seragam masuk ke rumahnya secara diam-diam. Tujuan para pemuda itu jelas, ingin menculik Sukarno dengan dalih mengamankan dirinya dari pengaruh Jepang agar kemerdekaan bisa diproklamirkan secepatnya.

Awalnya Sukarno menolak, tapi ia karena kalah jumlah dan dipaksa, ia tidak kuasa untuk menolaknya. Sukarno juga mengajak Fatmawati dan putra sulung berusia sembilan bulannya, Guntur untuk turut serta. Para pemuda kemudian membawa mereka ke Rengasdengklok berikut bersama Mohammad Hatta yang diculik lebih dulu sebelum Sukarno. Ditengah perjalanan (disekitar Bogor) kendaraan mereka mesti berhenti karena Guntur yang masih sembilan bulan itu menangis dan harus diberi susu. "Ketika kendaraan mengarah ke Bogor, aku menduga-duga tujuan kami yang sebenarnya, tetapi tak seorang pun mengakui ke mana kami dibawa. Bersamaan dengan munculnya fajar, Guntur mulai menangis. Dia Lapar. Selama sepuluh bulan, ibu-ibu di Indonesia biasa menyusui bayinya. Guntur yang berusia sembilan setengah bulan itu biasa minum dengan formula setengah air susu ibu dan setengah susu biasa. Fatmawati sebenarnya telah ingat untuk mengangkat susu dari tungku, tetapi karena kami pergi dengan terburu-buru ia lupa membawanya. Panci itu masih ada di dapur", kenang Sukarno. 

Keberadaan Guntur yang pula turut ke Rengasdengklok juga menjadi catatan sejarah tersendiri khususnya bagi Hatta. Pria kelahiran Bukittinggi itu masih ingat betul saat Sukarno, Fatmawati, Guntur, dan dirinya diamankan di sebuah rumah milik orang Tionghoa di Rengasdengklok. "Kerja kami tak lain dari mengasuh dan memangku guntur, berganti-ganti. Ia ingin minum, tetapi susu tidak ada. Susu kaleng yang dibawa dari Jakarta dibawa kembali oleh oto sedan yang kami tumpangi mula-mula", tutur Hatta.

Sampai ketika suatu hal lucu terjadi. Guntur kencing dipangkuan Hatta yang sedang duduk memangkunya. "Selagi ia (Guntur) duduk dipangkuanku, Guntur kencing dan celanaku dibasahi dekat lutut. Sungguh pun ia cepat-cepat kuturunkan ke lantai, kecelakaan sudah terjadi." ingat Hatta dalam bukunya Menuju Gerbang Kemerdekaan (2011). Nahasnya setelah dikencingi Guntur, Hatta tidak sempat bersalin (mengganti) celana yang kering. Saat dibawa ke Rengasdengklok itu Hatta memang tidak membawa sehelai pakaianpun, "dalam perasaan aku (akan) tidak lama meninggalkan Jakarta", pikir Hatta. Akibatnya, celana yang terkena kencing Guntur itu terus ia kenakan hingga kembali ke Jakarta dan tentu saja ia tidak dapat menjalankan sembahyang (sholat). "Maka celana yang basah sebagian itu terpaksa kupakai terus sampai kering dengan sendirinya. Hanya saja, dengan celana itu aku tidak dapat mengerjakan sembahyang." keluhnya. 

Bagi Guntur, sosok Hatta bukan hanya sebatas sahabat karib ayahnya. Namun lebih dari itu, salah satu contoh kedekatan dirinya dengan Hatta terjadi pada tahun 1970. Ketika itu Mohammad Hatta menjadi wali nikah bagi dirinya. Sukarno tidak dapat hadir di pernikahan Guntur selain masalah kesehatan konon juga karena tidak diizinkan rezim Orde Baru.

Penulis: M. Rikaz Prabowo
Share:

0 comments:

Post a Comment