Berita Lawas: Sabarlah Dahulu (1924)

 

Halaman Depan Koran Warta Borneo
(Sumber: koleksi pribadi)

Berita asli dari Surat Kabar Warta Borneo (organ Sarikat Rakyat), edisi Sabtu 8 November 1924. Redaktur Boullie. Berita berjudul "Sabarlah Daholoe" memuat tentang  pandangan dan keinginan kaum nasionalis-kiri di Kalimantan Barat akan nasib Indonesia yang tidak kunjung diberikan pemerintahan sendiri dan ditulis dengan bahasa satir. 

Isi Berita Asli (disesuaikan dengan ejaan kini)

SABARLAH DAHULU

Bangsa kulit putih rupanya kebanyakan ada pandai betul mengeluarkan perkataan yang berbunyi: "sabarlah dahulu". Akan menunjukkan buktinya, baiklah akan kami terangkan kepada pembaca dari Warta Borneo.

Dahulu rakyat di Filipina (Manila) sudah pernah meminta pada Pemerintah Amerika agar tanah airnya dikembalikan padanya. Sebab rakyat disana (Manila) ingin betul dengan adanya Zelfbestuur (pemerintahan sendiri) yang sejati.

Tetapi apa yang sudah Amerika jawab? Uncle Sam menjawab: "sekarang belum bisa Amerika melepaskan Filipina dari tuntunannya. Karena pada masa ini rakyat Filipina belum bisa dipercaya bisa buat mengurus negeri Filipina dengan sendiri. (Rupanya Paman Sam, belum mau memerdekakan Filipina). Dari sebab itu, baik (untuk semua) rakyat Filipina "Sabarlah Dahulu"!. Sabar akan menunggu masanya yang patut.

Rakyat di British India (Hindustan) bukan main inginnya supaya tanah tempat tumpah darahnya akan dikuasa oleh bangsanya sendiri. Dan hal ini oleh rakyat di Hindustan sudah dinyatakan pada Inggris Raya atau English. 

Tetapi apa yang sudah dijawab oleh Pemerintah Inggris? Dengan tidak malu lagi John Bull lantas memberi penyautan (pernyataan?) yang begini artinya: "Buat sekarang British India kita belum lepaskan dari pimpinannya kita. Sebab kita pandang rakyat Hindustan belum cakap akan memerintah negerinya sendiri. Nanti kalau kita rasa yang rakyat British India sudah boleh di percaya (cukup kepandaiannya) buat memerintah negerinya sendiri, dengan segala senang hati kita akan lepaskan British India dari kita punya kekuasaan"

Dari sebab itu, baik kamu semua, "Sabarlah Dahulu"!

Selain dari rakyat Filipina dan rakyat Hindustan yang sudah minta agar negerinya dimerdekakan dari pemerintah bangsa asing, kita sendiri putra-putri Hindia Nederland pun sudah juga meminta hal yang demikian itu. Tegasnya, bukankah dahulu semasa Partai N.I.P (Nederlandsch Indische Partij) masih ada, ia pun sudah pernah juga minta pada kerajaan Belanda yaitu supaya Indonesia kita ini dimerdekakan.

Tetapi apa yang sudah terjadi? Tidak lain, kita orang putra Hindia punya jago (petinggi NIP, tokoh nasonalis) lantas dapat penyautan (pernyataan?) dari itu tuan yang berkuasa di Nederland yang boleh kita umpamakan saja begini kurang lebih artinya: 

"sekarang kerajaan Nederland belum bisa buat melepaskan Indonesia berdiri sendiri. Karena pada masa ini bagi pendapat kita, orang Hindia belum cukup matang dalam hal politik buat cara memerintah tanah airnya sendiri. Lantaran itu, bersekolah lah kamu orang anak Hindia sampai cukup terlebih dahulu untuk mencapai Zelfbestuur (kemerdekaan Hindia) yang kamu orang inginkan itu. Nanti jika kita pandang kamu orang sudah cukup mempunyai kepandaian dalam hal memerintah negeri. Insyallah niscaya Indonesia tanah tumpah darahmu kita akan serahkan kembali kepada kamu orang anak Hindia. Jadi buat sementara waktu, kamu anak Hindia, "Sabarlah Dahulu".

Pembaca Warta Borneo yang terhormat! Lihatlah, bukankan Filipina, British India, dan Hindia Belanda, ketika minta tanah airnya dimerdekakan lantas ketiga-tiganya bangsa itu dapat pernyataan "Sabarlah Dahulu"?. Sebab itulah maka di kepala bacaan dari karangan ini ada kami katakan: rupanya bangsa kulit putih memang pandai betul mengeluarkan perkataan "Sabarlah Dahulu". Dan apabila kami bilang begitu, apa salahkah kami? Kami fikir tentu tidak bukan!

Dalam hal ini kami cuma khawatir apa bila itu berkataan "Sabarlah Dahulu" tidak ditempatkan sebagaimana mestinya oleh yang mengeluarkannya, dan siapa nanti mengira perkataan itu bisa menjadi sebaliknya? Bukankah gitu pembaca? 

(KASKOP)


Penulis: M. Rikaz Prabowo

0 comments:

Post a Comment