Keberhasilan Partai Persatuan Dayak (PPD) pada Pemilu 1955 di Kalimantan Barat nampaknya masih membekaskan semangat yang tinggi pada kader dan simpatisannya. Kemenangan PPD yang tidak terprediksikan itu menjadi sensasi besar di tingkat lokal, bahkan nasional. Barangkali hanya PPD kala itu partai lokal yang paling sukses pada Pemilu 1955 sekaligus menjadi kampiun di daerah asalnya sendiri. Kemenangan itu membawa percaya diri lebih masyarakat Dayak secara umum.
Akan tetapi kemenangan PPD pada Pemilu 1955 sebenarnya tidak dapat dikatakan mutlak. Pada pemilu untuk memilih anggota DPR di Kalimantan Barat 29 September 1955, PPD masih kalah tipis dari saingan utamanya yakni Masyumi yang berhasil mengantong 155.173 suara dibanding PPD dengan 146.054 suara. PPD akhirnya baru berhasil mengalahkan Masyumi pada pemilu konstituante pada 15 Desember 1955 dengan mengantongi 157.490 suara. Sedangkan rivalnya itu kalah tipis dengan 152.715 suara. Kemenangan itu membawa PPD menguasai kursi-kursi DPRD di tingkat kabupaten/kota, antara lain Sintang, Sanggau, Kapuas Hulu, dan Kabupaten Pontianak. PPD juga berhasil mengantarkan 1 kadernya duduk di kursi DPR RI (F.C Palaunsuka), dan 3 kader di Konstituante yakni: J.C Oevaang Oeray, Agustinus Djelani, dan Wilibrordus Hittam. Demikian Taufiq Tanasaldy dalam Regime Change and Ethnics Politics in Indonesia: Dayak Politics of West Kalimantan (2014).
Jawara Pemilu Lokal 1958
Agustinus Djelani, anggota Konstituante dari PPD dan kemudian terpilih menjadi Bupati Kabupaten Pontianak pada Pemilu Lokal 1958 (Sumber: konstituante.net) |
Dampak raihan suara besar PPD pada pemilu 1955 di Kalimanan Barat masih dirasakan hingga tahun 1957. Selain di kursi DPRD, kader-kadernya juga dipercayai duduk pada Dewan Pemerintahan Daerah (DPD) yang berjumlah 5 orang. Di DPD provinsi misalnya, PPD mengirimkan Isodorus Kaping dan H.S Massoeka Djanting. Sementara di DPD tingkat kabupaten/kota, kader PPD juga tidak absen ditempatkan dalam badan yang bertugas di bawah Gubernur atau Bupati/Walikota itu.
Menjelang tahun 1958, PPD kembali mempersiapkan diri untuk menghadapi Pemilu Lokal yang akan digelar pada bulan Mei ditahun yang sama. Untuk mencapai misi memenangkan kontestasi ini, PPD mengadakan sejumlah kegiatan konsolidasi mulai dari kongres hingga mengirim kadernya untuk turne ke daerah-daerah demi menggalang suara.
Pada 22 Mei 1958 diselenggarakan Pemilu Lokal dan hasilnya cukup mengejutkan, PPD berhasil juara dengan perolehan suara yang sangat fantastis. Perolehan suara PPD meningkat sekitar 21% dibandingkan pada pemilu 1955, dengan mendapatkan 201.199 suara. Nasib sebaliknya, justru kurang menguntungkan Masyumi yang pada pemilu itu mengalami penurunan 9.3% dan hanya mampu mendulang 139.741 pemilih. Perolehan Masyumi itu juga setali tiga uang dengan partai-partai lain yang lebih nasional, seperti PNI, NU, IPKI, dan Partai Katolik.
Keberhasilan PPD pada pemilu lokal di tahun 1958, menjadikan PPD sebagai kekuatan politik dominan di Kalimantan Barat. Hal ini juga bisa dilihat dari perolehan kursi DPRD yang berhasil diraih PPD. Dwi Putra Nugraha (2012) dalam Tesisnya berjudul Partai Politik Lokal di Indonesia: Analisis Kedudukan dan Fungsi Partai Politik Lokal 1955-2011, mengungkapkan pada DPRD Provinsi, Fraksi PPD merajai dengan 12 dari 30 kursi yang tersedia. Sedangkan fraksi Masyumi sendiri hanya mampu meraih 9 kursi. Dominasi PPD juga dirasakan di DPRD Kabupaten Pontianak, Sanggau, Sintang, dan. Kapuas Hulu. PPD hanya gagal mendominasi di wilayah-wilayah kantong Masyumi, terutama wilayah pesisir yang didominasi massa etnis berbeda seperti di Sambas, Kotapraja Pontianak, dan Ketapang.
Era Keemasan
Kepala Daerah-Gubernur Kalimantan Barat Johannes Chrisostomus Oevang Oeray bersama istrinya dengan pakaian dinas harian (sumber: Sinar Harapan). |
Belum sampai disitu, kader-kader PPD juga dipercaya sebagai Ketua DPRD di Sanggau, Sintang, Kapuas Hulu, serta Wakil Ketua DPRD Kabupaten Pontianak dan DPRD Provinsi. Tren positif PPD masih terus berlanjut pada 1959 ketika J.C Oevaang Oeray terpilih menjadi Kepala Daerah Kalimantan Barat menyisihkan Muzani A. Rani yang diusung Masyumi.
Dengan demikian, PPD telah dicatat dalam sejarah menjadi satu-satunya partai lokal tersukses di Indonesia dan berhasil membungkam kedigdayaan partai-partai nasional.
Penulis:
M. Rikaz Prabowo
3 Comments
Sejarah yg penting ...
ReplyDeleteJasmerah��
ReplyDeleteYang belum tahu menjadi tahu, mantapp..
ReplyDelete