Victorious Lewat, Hercules Hampir Tamat



Maret 1960 AURI menjadi pengguna pertama C-130 Hercules di luar AS. Ikut dilibatkan dalam Operasi Dwikora, pada 1964 hampir kehilangan 4 unit dalam sehari jika tidak lekas dipindahkan dari Halim. 

Sebagai pesawat idaman berbagai angkatan udara di seluruh dunia, Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) nyatanya sudah mengoperasikan pesawat ini sejak tahun 1960an. Tepatnya usai lobi Presiden Soekarno kepada J.F. Kennedy pada 1961, Indonesia berhasil mendapatkan 10 C-130B Hercules. Hal ini menjadikan Indonesia negara Asia Tenggara pertama yang mengoperasikan Hercules. 
Share:

Melangkah Mati, Tak Melangkah Juga Mati (Kisah Perang Belangkait Kerajaan Simpang 1912-1915 Bag.3)


Tulisan kali ini lanjutan dari tulisan bagian pertama tentang Perang Belangkait yang terjadi di Tanah Kayong antara 1912-1915.  

Pohon Dungun Kapal  (Bagian 1)  

Geramnya Ki Anjang Samad (Bagian 2)

Kisah ini diambil dari buku berjudul “Sekilas Menapak Kerajaan Tanjung Pura" . Buku ini ditulis oleh H. Gusti Muhammad Mulia sebagai Raja Kerajaan Simpang ke-7 yang di lantik pada tahun 2008 dan wafat di tahun 2017 yang lalu. 

Share:

Dibalik Penghapusan Sebutan Paduka Yang Mulia

Acting Presiden RI Mr. Assat (1950)
Sumber: Perpusnas.

Dikenal sebagai pribadi sederhana dan taat. Mr. Assat (gelar Datuk Mudo) mengganti sebutan Paduka Yang Mulia menjadi Saudara dalam percakapan sehari-hari dan persuratan resmi. 

Jabatan pejabat tinggi negara adalah jabatan yang prestisius dan penting dalam sebuah perangkat kenegaraan. Oleh sebab itu tidak heran rakyat atau orang-orang menyebut mereka sebagai yang mulia. Nama Presiden Sukarno dalam surat-surat resmi kenegaraan bahkan peraturan perundang-undangan sering dituliskan Paduka Yang Mulia (PYM) Presiden RI Ir. Sukarno. Tapi itu tidak berlaku bagi seorang Mr. Assat, Acting Presiden Republik Indonesia (RI) era RIS yang menjabat dari tanggal 27 Desember 1949 hingga 17 Agustus 1950. 
Share:

Geramnya Ki Anjang Samad (Kisah Perang Belangkait Kerajaan Simpang 1912-1915 Bag.2)


Tulisan kali ini lanjutan dari tulisan bagian pertama tentang Perang Belangkait yang terjadi di Tanah Kayong antara 1912-1915.

Pohon Dungun Kapal (Kisah Perang Belangkait Kerajaan Simpang 1912-1915 Bagian 1)

Kisah ini diambil dari buku berjudul “Sekilas Menapak Kerajaan Tanjung Pura" . Buku ini ditulis oleh H. Gusti Muhammad Mulia sebagai Raja Kerajaan Simpang ke-7 yang di lantik pada tahun 2008 dan wafat di tahun 2017 yang lalu. 

Share:

Pohon Dungun Kapal (Kisah Perang Belangkait Kerajaan Simpang 1912-1915 Bag.1)

Tulisan kali ini akan merujuk pada sumber utama, yakni buku berjudul “Sekilah Menapak Kerajaan Tanjung Pura" . Buku ini ditulis oleh H. Gusti Muhammad Mulia sebagai Raja Kerajaan Simpang ke-7 yang di lantik pada tahun 2008 dan wafat di tahun 2017 yang lalu. Beliau sendiri lahir pada tanggal 5 Juni 1938 dan merupakan putra ketiga dari Yang Mulia Raja Gusti Mesir dan Nyai Utin Tahara. H. Gusti Muhammad Mulia semasa hidupnya berkiprah sebagai seorang guru dan aktif di berbagai organisasi baik di bidang pendidikan maupun yang berbasis sejarah dan budaya. Pada tahun 1965 di masa mudanya ia pernah bergabung dengan sebuah tim yang di namai dengan Ekspedisi Mentawai. Tujuan dari ekpedisi tersebut adalah menggali sejarah lisan yang ada di  Kerajaan.

Share: