Victorious Lewat, Hercules Hampir Tamat



Maret 1960 AURI menjadi pengguna pertama C-130 Hercules di luar AS. Ikut dilibatkan dalam Operasi Dwikora, pada 1964 hampir kehilangan 4 unit dalam sehari jika tidak lekas dipindahkan dari Halim. 

Sebagai pesawat idaman berbagai angkatan udara di seluruh dunia, Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) nyatanya sudah mengoperasikan pesawat ini sejak tahun 1960an. Tepatnya usai lobi Presiden Soekarno kepada J.F. Kennedy pada 1961, Indonesia berhasil mendapatkan 10 C-130B Hercules. Hal ini menjadikan Indonesia negara Asia Tenggara pertama yang mengoperasikan Hercules. 


Tahun 1960an adalah tahun yang berat bagi angkatan bersenjata Indonesia, bagaimana tidak? setelah berhasil dalam Operasi Trikora dengan misi mengembalikan Irian Barat ke bumi pertiwi, Jakarta harus kembali mengobarkan Operasi Dwikora dengan misi utama: menggagalkan pembentukan negara federasi Malaysia. Tidak ayal hal ini membuat Indonesia juga bersitegang dengan sang pemberi pembentuk/pemberi kemerdekaan, Inggris Raya. Kemudian apa hubungannya Inggris dan si Hercules? Pada tahun 1964, tepatnya 27 Agustus 1964 Indonesia hampir saja kehilangan 4 pesawat Hercules yang masih gres ini jika petinggi militer Indonesia tidak bertindak cepat memerintahkan untuk memindahkan pesawat tersebut.

Dilansir dari Angkasa edisi Oktober 2016 berjudul Kisah Putera Indonesia Terbangkan Pesawat Hercules ke Empat Lanud Dalam Sehari, kisah ini terjadi pada tanggal 27 Agustus 1964. Bermula kapal induk Inggris HMS Victorious yang dilengkapi dengan pesawat serang maritim jenis Blackburn Buccaneer tengah melewati perairan Indonesia, tepatnya di Selat Sunda dan dikawal oleh 2 kapal perusak (destroyer). Wilayah Selat Sunda merupakan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) sehingga kapal asing memiliki hak untuk melintas dengan tujuan damai. Akan tetapi siapa yang tahu maksud orang lain? Indonesia saat itu memang tengah berkonfrontasi dengan Malaysia, namun Inggris yang merupakan sekutunya bisa saja menyerang Jakarta secara tiba-tiba. Atas kekhawatiran tersebut Marsekal Udara Omar Dhani yang saat itu menjabat sebagai Panglima Komando Operasi Dwikora, memerintahkan kepada Penerbang Sukardi untuk segera memindahkan C-130 Hercules. Pesawat yang dimaksud bermarkas di Skuadron Angkut 31 Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta. Sukardi sendiri merupakan penerbang awal C-130 Hercules AURI, pada tahun 1982 ia mencapai kepangkatan Marsekal Udara alias Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU).

Omar Dhani sadar betapa berharga dan strategisnya Hercules, Sukardi yang saat itu tengah menjalani pendidikan Sekolah Staf Komando AU (Seskoau) terpaksa bergegas ke Lanud Halim untuk memindahkan pesawat tersebut bersama rekannya yang lain sesama penerbang C-130. Lanud yang dipilih sebagai tempat "pengungsian" anak Dewa Zeus ini antara lain Lanud Atang Senjaya di Bogor, Lanud Gorda di Serang, Lanud Suryadarma di Subang, dan Lanud Wiriadinata di Tasikmalaya. Setahu Sukardi, dari keempat lanud tersebut hanya kondisi Lanud Wiriadinata yang memiliki panjang runway 1.100 meter. Sedangkan ketiga lanud lainnya belum pernah sama sekali didarati oleh Hercules, panjang landasan pacunya tidak sampai 1000 meter ditambah landasan tanah yang becek dan bergelombang, kondisi inilah yang menjadi masalah bagi penerbang Sukardi dkk. "Sekarang atau hancur semua!" demikian bunyi perintah Omar Dhani untuk segera memindahkan pesawat seakan menegaskan seluruh pesawat bisa saja musnah jika tidak dipindahkan. Selat Sunda tidak terlalu jauh dari Jakarta bagi pesawat jet sekelas Buccaner, mungkin tidak sampai 1 jam diluncurkan dari HMS Victorious sudah dapat membombardir lanud Halim.

Beberapa strategi disiapkan agar Hercules tersebut dapat mendarat dengan aman di landasan tanah yang panjangnya tidak sampai 1000 meter tersebut, seperti tekanan ban dan jumlah bahan bakar yang dikurangi. Hal ini adalah prosedur pendaratan pesawat dalam kondisi darurat dan agar landasannya tidak rusak. Satu persatu keempat Hercules pun lepas landas dari Halim dengan sempurna.

Pendaratan pertama di Lanud Gorda di Serang. Lanud ini tidak memiliki sarana komunikasi antara pesawat dengan petugas. Walhasil upaya pendaratan pertama gagal karena landasan dipenuhi oleh kerbau dan sapi yang sedang "merumput". Pesawat pun harus terbang rendah untuk mengusir kawanan kerbau dan sapi tersebut, sebelum melakukan final approach untuk mendarat. Pesawat akhirnya bisa mendarat dengan selamat, setelah diparkirkan di tempat yang aman para penerbang bergegas kembali ke  Halim menggunakan helikopter yang sudah tersedia.

Pendaratan kedua di Lanud Atang Senjaya yang dulu bernama Lanud Semplak, memiliki landasan pacu hanya 800 meter. Masih ditambah dengan kondisi landasan yang bergelombang, lembek, dan becek karena habis diguyur hujan. Pendaratan pun hanya bisa dilaksanakan dari utara landasan, karena di sebelah selatan terdapat banyak pohon tinggi yang dapat menyulitkan pendaratan. Pesawat mendarat tepat di ujung landasan dan segera melakukan full reversed tanpa melakukan pengereman agar pesawat tidak tergelincir di landasan rumput yang basah. Setelah pesawat diparkirkan, Penerbang Sukardi segera kembali ke Halim dengan helikopter.

Pendaratan ketiga di Lanud Suryadarma yang dulu bernama Lanud Kalijati. Di lanud yang terletak di Subang ini landasannya lebih panjang daripada di lanud Gorda dan Lanud Atang Senjaya. Akan tetapi kondisinya sama dengan dua lanud tersebut, becek dan bergelombang. Sukardi sendiri pernah menjajal lanud ini, namun menggunakan pesawat C-47 Dakota dan Ilyushin Il-14 Avia. Sebelum mendarat, Sukardi melakukan flypass terlebih dahulu untuk memastikan kondisi landasan. Setelah dinyatakan clear, Hercules mendarat di lanud yang jaraknya hanya 15 menit terbang dari Lanud Halim. Setelah memarkirkan pesawat, seluruh penerbang kembali ke Halim menggunakan helikopter yang disediakan.

Pendaratan keempat di Lanud Wiriadinata, Tasikmalaya. Pendaratan di lanud ini tidak terlalu sulit karena panjang landasan 1.100 meter dan beraspal. Ditambah Sukardi sendiri sudah pernah mendaratkan C-130 Hercules di lanud ini. Proses pendaratan di berhasil dengan lancar dan aman. Akan tetapi karena satu hari mesti terbang ferry di empat lanud berbeda membuat Sukardi dan seluruh kru kelelahan. Masih lagi ditambah beban untuk mengembalikan pesawat tersebut ke Halim apabila keadaan telah aman.

Peristiwa yang menguras kekhawatiran dan tenaga tersebut berhasil, pukul 17.00 para penerbang sudah kembali berada di Halim dengan 4 Hercules yang diungsikan. Syukurlah, iring-iringan HMS Victorious hanya melintas begitu saja di perairan Indonesia. Tidak melakukan serangan sehingga tidak perlu ada berjatuhan korban baik materil maupun immateril.


Penulis: M. Rikaz Prabowo

0 Comments:

Post a Comment