Indonesia Raya, Lagu Pengantar Eksekusi Bardan Nadi

Jalan Bardan Nadi di Pontianak
Sumber: Kumparan

Oleh: M. Rikaz Prabowo | Pimred Riwajat

17 April 1947, Bardan Nadi alias Sutrisno Sastrokusumo dieksekusi mati oleh Belanda akibat aksinya memimpin perlawanan pada Oktober 1946 di Ngabang. Sedari muda telah aktif di pergerakan kebangsaan mulai dari PARINDRA hingga menjadi Wakil Penanggungjawab Gerakan Rakyat Merdeka (GERAM) di Ngabang.

Suasana petang Penjara Sungai Jawi Pontianak pada 17 April 1947 terasa menegangkan. Penjara yang dibangun sejak masa kolonial ini dikenal sebagai penjara politik bagi kaum pergerakan. Setelah merdeka, Belanda kembali menguasai Pontianak dan memfungsikannya sedia kala. Menurut jadwal, hari itu akan dieksekusi mati seseorang yang pernah membuat resah kedudukan Belanda di Kota Ngabang dan sekitarnya (sekarang Kabupaten Landak) pada Oktober 1946. Diantara kaum republiken waktu itu, ia lebih dikenal dengan nama Bardan Nadi. Dengan tangan terikat dan mata tertutup, opsir mengeluarkan Bardan dari selnya yang sempit nan lembab menuju lapangan tembak yang juga menjadi fasilitas penjara itu. Ditengah lapangan tembak, terdapat tiang kayu untuk mengikat si terhukum mati agar lebih mudah dibidik regu tembak.
Share:

Riwayat Misionaris Kristen di Bengkulu 1685-1940

Gereja di Tanjung Sakti pada tahun 1930
Sumber: musi.co.id


Oleh: Hardiansyah | Penulis Sejarah (Bengkulu)

Misi Katolik dan zending Protestan saling bersaing pengaruh dan mendapatkan ummat. Mendorong pembentukan sekolah-sekolah dan gereja di Bengkulu dan sekitarnya yang masih bertahan.

Sikap Kristen terhadap agama lainnya terbagi menjadi tiga. Pertama yaitu ekslusivisme dimana jargon yang tertanam adalah “Extra Eclesiam Nulla Salus” (di luar Gereja tidak ada keselamatan). Kedua, inklusifisme dimana Kristen lebih terbuka dengan agama–agama lainnya khususnya dalam konteks Indonesia adalah Islam. Ketiga adalah pluralisme, demikian menurut Goddard sebagaimana disampaikan oleh Sukamto dkk, dalam Sikap Kristen Calvinis terhadap Kelompok Agama Lain di Batavia abad ke-17 (2020:2). Apalagi setelah konsili Vatikan ke dua, Gereja Katholik lebih bersikap plural terhadap agama lain khususnya Yahudi dan Islam. 

Share:

Warisan Perjuangan Dari Gusti Panji ke Gusti Hamzah (Kisah Perang Belangkait Kerajaan Simpang 1912-1915, Bag.4 Habis)


Tulisan kali ini lanjutan dari tulisan bagian pertama tentang Perang Belangkait yang terjadi di Tanah Kayong antara 1912-1915.  

Pohon Dungun Kapal (Bagian 1)

Geramnya Ki Anjang Samad (Bagian 2)

Melangkah Mati, Tak Melangkah Juga Mati (Bagian 3)

Kisah ini diambil dari buku berjudul “Sekilas Menapak Kerajaan Tanjung Pura" . Buku ini ditulis oleh H. Gusti Muhammad Mulia sebagai Raja Kerajaan Simpang ke-7 yang di lantik pada tahun 2008 dan wafat di tahun 2017 yang lalu. 

Share:

Hikayat Kaum Digulis di Borneo Barat


Tugu Digulis Pontianak yang terletak di Jl. Jenderal Ahmad Yani bundaran Universitas Tanjungpura 
(Sumber: detik.com)


1 April 1927, Pemerintah Kolonial memutuskan 11 orang tokoh Sarekat Rakyat (SR) di Kalimantan Barat dibuang ke Boven Digul. Dianggap sebagai komunis ekstrem oleh Belanda. Pemerintah RI menetapkannya sebagai Perintis Kemerdekaan.
Share: