Ilustrasi olimpiade pada zaman Yunani Kuno (Sumber: idntimes) |
Oleh: M. Rikaz Prabowo | Pimred Riwajat
Sejarah panjang Olimpiade berasal dari kebudayaan Yunani kuno yang dilangsungkan untuk menghormati dewa Zeus. Romawi menganggapnya tradisi pagan dan melarangnya pada 393 M.
Kebudayaan Yunani kuno dikenal sebagai kebudayaan termahsyur yang banyak sekali menghasilkan warisan kehidupan yang masih dirasakan hingga sekarang dampaknya. Selain pemikiran-pemikiran dari filsufnya seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles, Yunani juga meninggalkan warisan kejuaraan olahraga antar bangsa dan negara yang dinamakan Olympic Games atau Olimpiade. Di masa modern kini, Olimpiade dilaksanakan untuk memperat tali persaudaraan antar bangsa melalui kompetisi olahraga yang fair dan professional antar atlet dalam beberapa cabang olahraga. Akan tetapi berbeda halnya dengan Olimpiade yang dilaksanakan pada masa Yunani kuno puluhan abad silam, dimana kejuaraan ini dihelat sebagai penghormatan untuk dewa tertinggi mereka, Zeus.
Masyarakat Yunani kuno mempercayai mitos bahwa dua dewa mereka, Zeus dan Cronus saling bersaing untuk menentukan siapa yang paling berhak untuk mengatur seluruh jagad raya beserta isinya. Penentuan itu dilaksanakan dengan cara bertarung di puncak gunung Olympus dan berhasil dimenangkan oleh Zeus. Dari situlah masyarakat Yunani kuno melaksanakan Olimpiade serta kegiatan-kegiatan yang bersifat religius diadakan sebagai penghormatan atas kemenangan Zeus tersebut. Ungkap Margono dalam Olympiade Bermula Dari Pertempuran Zeus vs Cronus (2009).
Ada juga kisah lain tentang asal muasal Olimpiade pada masa Yunani Kuno, dimana pesta olahraga ini diadakan untuk memperingati kemenangan seorang pemuda bernama Pelops yang berhasil mengalahkan Raja Oenamaus dalam perlombaan kereta kuda (Chariot) sebagai syarat mempersunting putrinya Hippodameia. Meskipun begitu kisah ini sulit dilacak kebenarannya, ahli sejarah menjadikan momentum kemenangan Coroebus dalam lomba lari 200 yards di desa Olympia yang tercatat pada tahun 776 SM sebagai Olimpiade pertama. Dalam ensiklopedia Britannica (britannica.com), kisah olimpiade yang sebenarnya lebih awal dari tahun 776 SM sulit untuk dipercaya karena hanya berdasarkan mitos, bukan bukti sejarah. Termasuk adanya legenda bahwa kejuaraan ini dibentuk oleh Herakles, anak dewa Zeus.
Kejuaraan Religius
Pelaksanaan olimpiade di masa Yunani Kuno dilandasi oleh nilai-nilai kepercayaan bangsa mereka dan dihayati dengan serius termasuk peraturan-peraturan selama pertandingan. Selain diadakan untuk memperingati kemenangan Dewa Zeus, sejumlah ritual keagamaan diadakan sebelum kejuaraan dimulai. Seekor babi akan dikurbankan oleh pendeta untuk memuliakan dewa Zeus dan domba hitam dikurbankan untuk menghormati perjuangan Pelops. Wilayah Olympia sendiri dikenal sebagai tempat yang suci dimana terdapat banyak bangunan-bangunan (kuil), hutan, dan Gunung Olympus yang dikeramatkan. Selama berlangsungnya olimpiade, orang selain menyaksikan pertandingan juga beribadah-berkunjung ke tempat-tempat yang dikeramatkan atau disucikan tersebut, ungkap Margono dalam karyanya. Dari sini jugalah istilah Olimpiade tercipta untuk menamakan kejuaraan akbar ini yang merujuk pada Polis Olympia.
Seseorang yang memenangi Olimpiade akan dianggap sebagai pahlawan oleh warganya, doa-doa pujian kemudian dipersembahkan untuk dewa Zeus yang diyakini bersemayam di Gunung Olympus. Masyarakat Yunani Kuno percaya bahwa dengan adanya olahragawan atau atlet di tengah-tengah mereka, dewa akan memberkahi kota atau desa mereka dari mara bahaya. Apresiasi terhadap atlet ini juga berpengaruh dalam struktur sosial Yunani Kuno, dimana mereka ditempatkan sebagai kelas masyarakat yang terhormat setara kelas bangsawan.
Olahraga yang Dipertandingkan
Seperti yang telah disebutkan di atas, olahraga lari adalah cabang olahraga pertama yang dipertandingan dalam olimpiade pada 776 SM dan dimenangkan oleh Coroebus setelah berhasil finish pertama dalam sprint 200 yards. Pada tahun 724 SM lari 400 meter dan lari jauh 1500-5000 meter mulai dilombakan, dan pada 708 SM ditambah gulat serta pentathlon. Olahraga pentathlon pada era itu memperlombakan lima nomor olahraga bagi setiap atletnya, yakni lompat jauh, lempar lembing, lempar cakram, lari, dan gulat. Pada 668 SM tinju mulai dilombakan menyusul ditambahkan balapan kereta kuda (Chariot) delapan tahun kemudian. Olimpiade pada zaman Yunani Kuno juga pernah melombakan olahraga brutal yakni pancratium pada 648 SM. Olahraga ini mirip seperti tarung bebas dimana para atlet boleh menggunakan gaya apapun memadukan gulat, tinju, dan seni beladiri. (Britannica)
Cabang olahraga yang dipertandingkan pada Olimpiade kuno (Sumber: britannica) |
Para atlet yang mengikuti olimpiade umumnya berasal dari berbagai polis di Yunani dan wilayah koloni Yunani yang terbentang dari sekitar semenanjung Italia, Asia Kecil, dan Afrika (bagian utara). Atlet pemenang akan mendapatkan sejumlah hadiah dari kompetisi-kompetisi sebelumnya, yang diselenggarakan tingkat polis seperti di Delphi, Nemea, Corinthia, Odessus, dan lain sebagainya. Menariknya, pada Olimpiade di Olympia mereka hanya mendapatkan hadiah karangan bunga dan mahkota yang terbuat dari rangkaian daun zaitun dari hutan yang mereka anggap suci. Meskipun begitu polis-polis asal atlet lah yang akan memberikan sejumlah hadiah dan pujian dari masyarakatnya.
Terhentinya Olimpiade
Menurut laman history.com, pada abad ke-2 SM imperium Yunani berhasil ditaklukkan dan menjadi bawahan dari Romawi. Kendati olimpiade tetap berlanjut, namun terjadi penurunan kualitas dan standar kejuaraan yang cukup signifikan. Semangat fairplay pada pelaksanaan olimpiade di era Romawi sangat rendah. Sebagai contoh pada olimpiade di Roma tahun 67 M, Kaisar Nero yang sebenarnya gagal memenangkan balap kereta kuda karena terjatuh, justru mendeklarasikan diri sebagai pemenang. Tidak ada hakim atau panitia yang berani menganulirnya karena begitu besarnya pengaruh Nero pada saat itu, bahkan ada dugaan para hakim dan panitia telah disuap. Perkembangan kemudian olahraga balap kereta kuda ini diadakan tersendiri di luar Olimpiade dan menjadi olahraga favorit kelas atas dengan dibangunnya stadium khusus yang dinamakan Circus Maximus. Begitupula gulat dan tarung bebas yang dilaksanakan di Collosseum.
Praktik tidak sportif dan suap selama pelaksanaan olimpiade pada masa Romawi terus berlangsung hingga akhirnya pada tahun 393 M, Kaisar Theodosius I yang telah menganut agama Kristen menghapus segala macam tradisi, festival, dan perhelatan yang mencerminkan kebudayaan "pagan". Dalam hal ini olimpiade yang dinilai berakar dari pemujaan kepada dewa Zeus dilarang oleh Romawi yang saat itu telah mengadopsi Kristen sebagai agama resmi negara. Sejak saat itu olimpiade tidak pernah lagi dilaksanakan. Bahkan ketika gerakan Renaissance muncul pada abad ke 15-17 M yang membangkitkan kembali kebudayaan Yunani (dan Romawi) Kuno dengan kemunculan filsuf dan para inventor, tampaknya tidak menyentuh pada bidang olahraga.
Upaya membangkitkan kembali Olimpiade baru terealisasi pada tahun 1892 berkat perjuangan Baron Pierre de Coubertin (Perancis, 1863-1937). Ia terinspirasi untuk mewujudkan kembali Olimpiade di zaman modern setelah mengunjungi sejumlah tempat-tempat perhelatan Olimpiade pada masa Yunani Kuno. Gagasan itu ia sampaikan pada pertemuan Union des Sport Athletiques di Paris pada November 1892, dan pada 1894 berlanjut dengan terbentuk Komite Olimpiade Internasional (IOC). Akhirnya pada 1896 Olimpiade di masa modern berhasil digelar di Athena, Yunani, yang diikuti oleh 12 negara yang memperlombakan 43 nomor olahraga.
0 Comments:
Post a Comment