Berita Lawas : Sultan Pontianak Dengan Waterledeng (1928)

 Surat kabar Matahari Borneo, 21 Desember 1928
(Sumber : Koleksi Pribadi)

Berita asli dari surat kabar Matahari Borneo, edisi No. 18 Tahun ke-1 Hari Jumat 21 desember 1928. Kepala redaktur L.Mandey beralamat di Pasar Besar Blok N.35 Pontianak. Berita berjudul asli "Sultan Pontianak dengan Water Leiding" Mewartakan proposal pembuatan parit untuk pembuatan pipa air ledeng.  


Isi Berita Asli (disesuaijan dengan ejaan kini)

Sungguh sudah banyak dibicarakan di gedung Volksraad dan media tentang waterledeng yang akan dibuat dikota ini, tetapi sampai saat ini belum ada satu ketetapan yang pasti dari mana sumber waterledeng itu.

Pemerintah sudah menyediakan dana sejumlan f 400.000.- untuk waterledeng tersebut.

Ada yang mengatakan bahwa air waterledeng akan di ambil di Sungai Melaya, ada juga yang mengatakan akan dicari di Sungai Bangkong dan ada pula yang mengatakan bahwa akan digali parit dari Kubupadi terus ke Parit Wan Salim di Siantan. Perkiraan masyarakat dalam ketiga prediksi tersebut sia-sia saja. Apabila diambil dari Sungai Melaya tentu saja air itu masih asin juga sebab di dalam sungai itu saat ini sudah mulai di gunakan untuk berkebun oleh orang Tionghoa dan Bumiputera. Sehingga dapat dikatakan bahwa jika hutan di tepi sungai sudah tidak ada maka akan mudah pasang dan surutnya, dan karena derasnya air yang masuk bisa jadi air laut pun akan masuk juga.

Sebagai tambahan, tentu saja air itu akan kotor, karena banyak orang Tionghoa yang memelihara babinya di dalam kebun itu.

Jika diambil dari Sungai Bangkong, maka akan banyak orang yang kesusahan, karena jika datang musim kemarau maka semua mata air di sungai bangkong akan kering. Sehingga pada berberapa tahun yang lalu ketika musim kemarau, pernah terjadi kebakaran yang menjalar sampai darat yang mana api tersebut muncul dari dalam tanah.

Jika diambil dari Kubupadi sebagaimana yang dikerjakan orang sekarang ini, itupun belum bisa dikatakan beruntung.

Menurut Voorstelnja (Proposal) Sri Paduka Tuan Sultan kepada Sri Paduka Tuan Resident supaya air waterledeng itu diambil dari Mandor, jadi dengan jalan membuat parit dimulai dari Parit Belanda Siantan terus hingga ke Gunung Mandor.

Untuk membuat parit itu tidak banyak memakan ongkos, karena parit tersebut akan dikerjakan dengan heerendienst (kerja sukarela) dan orang yang bekerja mendapatkan beras dan ikan kering.

Apabila parit tersebut telah selesai terus hingga Gunung Mandor, maka orang-orang akan tetap mendapatkan air bersih yaitu air dari Gunung Mandor yang memang bening dan jernih.

Pipa-pipa waterledeng tentu akan terus menerima air tersebut.

Menurut  pertimbangan ongkos yang akan terpakai tidak begitu banyak dan begitu juga bagi rakyat dan landschap (perusahaan) ada keuntungan (voordeling). Tanah-tanah yang terdapat pada sisi kiri dan kanan parit tersebut dapat dibagikan kepada anak negeri supaya dapat di buka sebagai kebun.  

Itulah keuntungan rakyat dan tentu pula pada Landschap serta biaya-biaya waterledeng tidak seberapa.

Kita telah mendengar kabar bahwa kepala kampung dari Kerajaan Pontianak setuju dengan proposal Sri Paduka Sultan, sehingga mereka sudah meminta beliau supaya Segera dibagi-bagikan (dikerjakan) parit air yang akan dikerjakan terus sampai ke Gunung Mandor itu 

Mudah-mudahan pemerintah atau pihak yang berwajib setuju dengan proposal dari Sri Paduka Sultan ini.


Penulis : Alima Diennur Yahya

0 comments:

Post a Comment