Oleh: Suryan Masrin | Penulis Sejarah Bangka dan Pemerhati Manuskrip Kuno
Sejarah penghulu di Mentok, dimulai dari masa Sultan Mahmud Badaruddin I (SMB I) Jayo Wikramo, Kesultanan Palembang pada tahun 1710-an, yakni pada saat mertuanya tiba di Pulau Bangka. Dalam Tjarita Bangka disebutkan bahwa pada saat Wan Abdul Jabbar (Datuk Dalam) tiba di Mentok, ia diangkat menjadi hakim mewakili Sultan dan menjadi penghulu dalam perkara agama Islam. Wan Abdul Jabbar adalah anak dari Wan Abdul Hayat. Ia memiliki saudara, yaitu Wan Akub, Wan Serin, Wan Awang, dan Wan Ibrahim. Demikian catatan Abang Abdul Jalal dalam Riwayat Poelau Bangka Berhoeboeng dengan Palembang (1925). Setelah Wan Abdul Jabbar (Datuk Dalam) meninggal, juga beberapa saudaranya, jabatan hakim langsung diambil alih oleh Menteri Rangga yang diangkat Sultan sebagai kepala di seluruh Pulau Bangka. Sri Sultan mengangkat Menteri Rangga masih dari keturunan Wan Abdul Hayat, yaitu Wan Usman.
Dari Mitos ke Logis: Perdebatan Tentang Toponimi Pontianak
Kanal di Kawasan Pasar Tengah Pontianak masa Kolonial Sumber: wereldculturen.nl |
Oleh: Yusri Darmadi
Pamong Budaya Bidang Sejarah Balai Pelestarian Kebudayaan Kalimantan Barat
Sejak awal Allah SWT mengajarkan kepada Adam A.S., nama-nama benda yang ada di lingkungannya, sesuatu yang tidak pernah diajarkan-Nya baik kepada malaikat maupun setan, “dan Ia ajari Adam nama-nama semuanya ...” (Q.S. 2:31). Mungkin pembaca juga pernah mendengar pernyataan bersayap what’s in a name yang diucapkan oleh Yuliet ketika berbantah dengan Romeo dalam Romeo and Juliet karya William Shakespeare. Bahwa nama itu demikian penting dalam hidup dan kehidupan kita sehari-hari.
Zaman Lada Dalam Sejarah Bengkulu
Benteng Marlborough yang dibangun saat masa kolonialisme Inggris di Bengkulu (Sumber: KITLV) |
Oleh Hardiansyah | Kontributor Majalah Riwajat, Penulis Sejarah Bengkulu
Kekayaan nusantara menjadi sebuah berkah tersendiri bagi para penduduknya sejak zaman dahulu kala. Berbagai barang tambang dan hasil bumi menjadi komoditas ekspor ke berbagai wilayah dan negara. Tidak salah jika komoditas ini menjadi rebutan baik oleh pedagang asing maupun pedagang lokal. Daerah-daerah kaya menjadi incaran ekspansi para penguasa lokal yang berimbas pada konflik menahun bahkan berabad-abad antara kerajaan satu dengan kerajaan lainnya. Hal ini menjadi bukti bahwa ekonomi sangat berpengaruh pada suatu politik dalam negeri dan politik luar negeri suatu bangsa. Demikian terkenalnya nusantara pada masa lalu dengan rempah–rempahnya (meminjam istilah Vlakke, Spicy Island) membuat bangsa-bangsa asing telah melakukan perdagangan di Kepulauan Nusantara. Situs Lobu Tua di Barus menunjukkan bahwa pantai pesisir barat Sumatera telah menjadi sebuah bandar dagang yang besar lepas dari pengaruh Sriwijaya.