Dr. Schwaner, Penjelajah Ilmiah Pertama di Tanah Kalimantan

Pegunungan Schwaner yang berada di perbatasan Kalimantan Barat 
dan Kalimantan Tengah. (Sumber: beritabanjarmasin.com)


Oleh: Voka Panthara Barega | Penulis Sejarah di Bandung

Dikenal sebagai orang asing pertama yang berhasil menembus jantung belantara Kalimantan dengan perjalanan dari Banjarmasin hingga Pontianak. Atas jasanya diabadikan sebagai salah satu pegunungan di pulau itu.

Kalimantan, sebuah pulau yang letaknya di tengah gugusan kepulauan Indonesia. Pulau terbesar ketiga di dunia ini digambarkan sebagai tempat yang penuh misteri, petualangan dan juga marabahaya. Setidaknya itulah yang digambarkan oleh para penjelajah Eropa berabad-abad yang lalu, dan memori tersebut masih membekas dalam ingatan masyarakat saat ini.

Share:

Citra Baru Pesisir Barat Kalimantan: Jalan Darat & Modernitas Awal Abad ke-20


Mobil-mobil yang digunakan oleh rombongan Gubernur Jenderal G.P. Graaf van Limburg Stirum saat berkunjung ke Borneo Barat (Sumber: https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/692198)


Oleh:

Any Rahmayani | Pamong Budaya Bidang Sejarah

Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XII


Share:

Dokter Rubini dan Pengentasan Stunting

Potret Nyonya Amalia dan dr. Rubini 
(Sumber: Koleksi Ahli Waris dr. R. Rubini Natawisastra)

Oleh: M. Rikaz Prabowo | Redaksi Majalah Riwajat

31 Agustus 1906 dr. Raden Rubini Natawisastra lahir di Bandung. Dikenal sebagai ahli penyakit tropis seperti malaria dan TBC, turut dalam usaha pengentasan stunting berkat kedekatannya dengan organisasi Perkumpulan Isteri Indonesia (PII).

Share:

Dokter Rubini dan Pemberantasan TBC

Keluarga dr. Rubini bersama isterinya, Nyonya Amalia dan kelima anaknya
(Sumber: Koleksi Ahli Waris dr. Rubini)


Oleh: M. Rikaz Prabowo | Redaksi Majalah Riwajat

31 Agustus 1906 dr. Raden Rubini Natawisastra lahir di Bandung. Dikenal sebagai dokter yang cerdas dan berpengalaman, selama bertugas di Pontianak memimpin program pemberantasan TBC yang dicap sebagai penyakit rakyat.

Penyakit pernapasan seperti TBC mempengaruhi keadaan fisik seseorang sejak lama. Apabila ditarik lebih awal dalam sejarah kesehatan di Indonesia, hal ini sesungguhnya telah menjadi perhatian dokter-dokter sejak era Kolonial Hindia Belanda, terkhusus dikalangan Indische Arts. Sedari kuliah mereka telah memiliki jiwa kepedulian akan penderitaan rakyat bumiputera terkait masalah kesehatan. Tidak terkecuali dr. Rubini yang sejak tahun 1934 telah bertugas di Borneo Barat (kini Kalimantan Barat), dokter muda yang berpengalaman dan cerdas. 
Share:

Pionir Pendidikan Perempuan Dari Pasundan

Dewi Sartika bersama guru-guru Sakola Kautamaan Isteri, Bandung
Sumber: ayobandung.com


Oleh: Kokom Komala | Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Siliwangi

Berawal dari keresahannya melihat perempuan Sunda yang tidak mampu membaca dan menulis surat pribadi, Dewi Sartika bertekad ingin memberikan pendidikan untuk kaumnya agar tidak mudah ditipu. Sempat ditolak oleh Bupati Bandung, Sakola Kautamaan Isteri yang dirintisnya berdiri pada tahun 1904 dengan modal 3 guru dan 60 murid. 

Share:

Sungai Siak, Nadi Penghubung Pantai Barat-Timur Sumatera

Pelabuhan Pekanbaru di tepi Sungai Siak, tahun 1930.
(Sumber: Digital Collection Universiteit Leidein)

 Oleh: Bayu Amde Winata | Penulis Sejarah dan Heritage Pekanbaru

Sungai Siak menjadi saksi peperangan hebat dan pesatnya perdagangan kesultanan Siak di sekitar abad 17-18 M, hingga didirikanlah sebuah kota baru bernama Pekanbaru.

Pada pukul 9 malam, 16 Juni 1761 Raja Alam masuk ke Mempura, pergerakannya terhambat oleh benteng pertahanan yang disiapkan oleh pasukan Raja Ismail. Perang sengit merebut Mempura, ibukota Kerajaan Siak berlangsung hingga pukul 11 siang esoknya 17 Juni 1761. Pada tanggal itu, Raja Alam berhasil memukul mundur pasukan Raja Ismail dan Kerajaan Siak direbut oleh Raja Alam. Dari perang pada bulan Juni 1761, 25 pasukan VOC meninggal dunia, dan 30 orang luka berat. Dari pihak Raja Ismail, Sultan III Kerajaan Siak, kapal-kapal perang kerajaan Siak dalam kondisi rusak parah dan meninggalkan 103 meriam berbagai ukuran. 

Share:

Jejak Misionaris Amerika di Bogor Diawal Abad ke-20

Otto Carlson misionaris Methodist yang dikirim ke Bogor pada 1908, dan 

bertugas di Anglo Chinese hingga 1909.

  Sumber: Elizabet Harper Brooks  

Oleh: Yogi Fitra Firdaus | Rohaniawan GKI Anugerah Bandung


Gairah penginjilan kepada masyarakat Tionghoa di Hindia-Belanda awal abad ke-20 semakin meningkat. Karya misi kepada etnis Tionghoa ini dilakukan secara serius oleh Board Foreign Mission dari Gereja Methodist yang sebelumnya telah hadir di Semenanjung Malaya. Pada masa ini pewartaan Injil di Jawa tidak hanya didominasi oleh zendeling Belanda tetapi juga para misionaris dari  Amerika. 

Share:

Mendulang Sejarah Emas Kabupaten Gunung Mas

Poros Tambang di sebuah Tambang Emas di Kalimantan

Sumber: collectie.wereldculturen.nl


Oleh: Voka Panthara Barega | Mahasiswa Sejarah Universitas Padjajaran

Pada 1847, Schwaner pernah mengunjungi hulu Sungai Kahayan dan menemui penduduk lokal yang sedang mengeruk pasir di dasar sungai untuk mendapatkan emas. Catatan Schwaner ini menjadi sumber pertama yang merujuk langsung aktivitas pertambangan emas pertama di wilayah Gunung Mas, Kalimantan Tengah.
Share:

Menulis Kembali Peristiwa Insiden Pontianak (Tragedi Mandor)

Seorang anak membawa bendera merah putih melintas di relief Makam Juang Mandor
Kabupaten Landak. (Sumber: V.F Sentosa via projectmultatuli.org)


Oleh:

Yusri Darmadi, S.S 

Pamong Budaya Ahli Pertama Bidang Kesejarahan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XII Kalimantan Barat


"Insiden Pontianak (Tragedi Mandor) adalah penangkapan dan pembunuhan ribuan orang pada masa pendudukan Jepang di Kalimantan Barat yang diperingati setiap tahun oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat setiap tanggal 28 Juni sebagai hari berkabung daerah berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) No. 5 Tahun 2007."

Peristiwa ini terjadi 79 tahun yang silam atas perintah kaisar Jepang saat itu, Hirohito, yang ingin menjadikan Pulau Kalimantan sebagai koloni Dai Nippon karena memiliki kekayaan alam minyak mentah (Tarakan, Balikpapan, Seria dan Miri). Bahan bakar minyak mentah sangat dibutuhkan dalam Perang Asia Timur Raya. Penduduk yang belum padat juga menjadi faktor pendukung sehingga tidak menjadi rintangan dalam menduduki dan menjadikan Pulau Kalimantan sebagai koloni (Gin, 2015). 

Share: