Mochtar Kusumaatmadja, Diplomat Pembuka Jalan Damai Kamboja-Vietnam

Menlu Mochtar Kusumaatmadja pada sebuah kesempatan di Jakarta, 1985
(Sumber: Wibowo Sumaji via datatempo.co)


Oleh: Voka Panthara Barega | Penulis Sejarah di Bandung


Berkat usulan Mochtar, konflik antara Kamboja dengan Vietnam berhasil menuju gerbang perdamaian sekitar tahun 1980an. Menjadi salah satu peran penting Pemerintah Indonesia dalam menjaga stabilitas di Asia Tenggara.

Share:

Musik Pop Indonesia 1966-1990: Pengaruh Barat Hingga Dilarang Cengeng

Konser Koes Plus di Istora Senayan, 1972
(Sumber: Hadi Tjahjaindra via kompas.id)


Oleh: Azzan Wafiq Agnurhasta 
Dosen Antropologi Universitas Khairun, Ternate 

 

Musik pop Indonesia bisa dibilang serupa dengan musik pop global, utamanya musik rock barat pasca-1960, hanya disisipi dengan beberapa konten lokal dan lirik yang berbahasa Indonesia.

Share:

Bersama KUWAS Telusuri Pasar Tengah Pontianak Sejak Era Kolonial

Peserta telusur Pasar Tengah Komunitas Wisata Sejarah (KUWAS), (13/10). (Sumber: Dok. M. Aqif)

Pewarta: M. Aqif Alghifari 


Komunitas Wisata Sejarah (KUWAS) Pontianak mengadakan program telusur Pasar Tengah yang dibangun sejak era kolonial dan sebagian besar masih bangunan asli.

Share:

Tradisi Peno'-Peno' Sebagai Kebudayaan Suku Bugis di Kubu Raya

Seminar tentang Tradisi Peno'-Peno di area Museum Kalbar (12/10)
(Sumber: Dok. Pribadi)

Kalimantan Barat dikenal memiliki kebudayaan dan tradisi yang beragam dari tiap-tiap sukunya. Salah satunya yang dipraktikkan oleh Suku Bugis di Kubu Raya lewat Tradisi Peno'-Peno'. Hal ini terungkap pada seminar yang diadakan pada 12 Oktober 2024 lalu, yang berangkat dari hasil penelitian (buku) Gunawan. Seminar ini sendiri dilaksanakan di Jumpa Kopi Tiam, di area Museum Kalimantan Barat.
Share:

Tradisi Lisan Tentang Adat Belamin di Daerah Simpang Matan

Ilustrasi suasana pedesaan di tepian Sungai Matan era 
Kerajaan Tanjungpura (Sumber: Lembang Simpang Mandiri)


Oleh: Miftahul Huda | Lembaga Simpang Mandiri

 

Dikenakan bagi perempuan yang telah memasuki masa haid, tradisi lisan mengisahkan praktik ini dimulai sejak era Kerajaan Tanjungpura abad ke-16 M.

Share:

Minat Baca Tak Kunjung Membaik, TBM “CAHAYA” Bagikan Tips & Trik untuk Komunitas Penggerak Literasi

Peserta Lokakarya Komunitas Penggerak Literasi di Pontianak (30/09) (Sumber: Dok. Panitia)


Majalah Riwajat berpartisipasi dalam Lokakarya Komunitas Penggerak Literasi, sebagaimana rencana jangka panjang redaksi untuk membentuk perpustakaan sejarah di masa yang akan datang.
Share:

Penggiat Sejarah di Sambas Adakan Workshop Penyusunan Bahan Ajar Tentang Cagar Budaya

Workshop Penyusunan Bahan Pembelajaran tentang Cagar Budaya di Sambas (19/09)
(Dokumentasi: YS)

Cagar Budaya di sekitar Kabupaten Sambas dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk dunia pendidikan, khususnya dalam pembelajaran sejarah di tingkat sekolah

Share:

Dokter Rubini dan Pemajuan Olahraga

dr. Rubini (duduk paling kiri gambar), waktu bergabung bersama 
klub sepakbola Oliveo di Batavia, 1928 (NIBV, 1934)

Oleh: M. Rikaz Prabowo | Redaksi Majalah Riwajat


Rubini muda gemar olahraga, menjuarai kompetisi senam di STOVIA dan tergabung dalam klub sepak bola profesional 'Oliveo'. Ketika ditugaskan di Pontianak turut mendorong lahirnya klub sepak bola bumiputera dan menjadi ketua Sportsvereeniging 'Excelsior'. Pada tahun 1942, menggunakan tenis sebagai taktik untuk menghadapi Jepang.

 

Share:

Riwajat Talks Diskusikan Sejarah Perjuangan Dokter & Nakes di Kalimantan

Dokumentasi pelaksanaan diskusi Riwajat Talks 31/08 (Dok. Refti)


Oleh: Refti Yusli Ananda | Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Tanjungpura


Redaksi Majalah Riwajat kembali mengadakan diskusi  bertemakan “Perjuangan Dokter dan Nakes Dalam Lintasan Sejarah di Kalimantan”. Diskusi menghadirkan 4 pemantik yang memiliki pengetahuan mendalam terkait dunia sejarah. Beberapa  pemantik diantaranya adalah Yusri Darmadi (Pamong Budaya Bidang Sejarah BPK Wilayah XII KaltengSel), M. Rikaz Prabowo (Akademisi Sejarah), Voka Panthara (Penggiat Sejarah Kalimantan) dan M. Aqif Alqhifari (Mahasiswa Pendidikan Sejarah). 

Share:

Perekonomian Orang-Orang Cina di Borneo Barat Periode Kongsi

Pelabuhan di Sambas pada tahun 1845 yang dipenuhi oleh kapal-kapal Jung dari Tiongkok (Sumber: wereldculturen)



Oleh: Sari Safarina, Riski Putri H, Melda Febrianti 
 (Mahasiswa Pend. Sejarah Universitas PGRI Pontianak)

Keberadaan orang-orang Cina yang bermigrasi dari negerinya ke pantai Barat Borneo, awalnya hanya singgah di tepi-tepian sungai untuk membuka lahan pertanian. Akan tetapi wilayah ini semakin dilirik saat dibukanya tempat penambangan emas di Mandor dan Monterado yang kemudian berkembang menjadi kongsi-kongsi. 

Share:

Dari Sentuhan Hingga Koneksi Digital: Menjelajahi Transformasi Keintiman di Indonesia

Iklan pencarian jodoh di surat kabar Oetoesan Borneo 31 Desember 1927
(Sumber: Perpusnas RI)

 

Sekelumit perjalanan manusia Indonesia dalam mencari jodohnya, mulai dari dijodohkan oleh keluarga besar, mencari di biro jodoh di tahun 1970an, hingga menginstal aplikasi perjodohan yang mulai marak sejak milenium 2000an.


Oleh:

Rinta Arina Manasikana | Dosen Ilmu Komunikasi, Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Share:

MSI Kalbar Terima Kunjungan Persatuan Sejarah Malaysia (PSM) Sarawak

Penyerahan cinderamata oleh Dekan FIPPS UPGRIP kepada ketua Persatuan Sejarah Malaysia Cawangan Sarawak (PSMCS) 
(Sumber: Dok. Panitia)


Kunjungan dimaksudkan selain sebagai silaturahmi, juga penjajakan potensi kerjasama antara Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) dengan Persatuan Sejarah Malaysia (PSM) kedepan dalam bentuk seminar, penelitian, dan lawatan sejarah.

Share:

Perancis dan Imperiumnya Di Seberang Laut

Timnas Sepakbola Perancis saat menjuarai Piala Dunia 1998 
(Sumber: Sky Sports)
 

Oleh: Rakhadian Noer Kuswana

Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia


Prancis menerapkan politik asosiasi dan doktrin asimilisasi untuk membentuk “Imperium Seberang Laut” di wilayah Afrika, bertujuan mengintegrasikan wilayah Perancis secara interkontinental; serta mengasimilasi berbagai aspek kehidupan masyarakat koloni secara politik, sosial, kultural, hingga ekonomi.
Share:

Dari Hubungan Organisasi ke Pribadi: Kisah Bung Karno dan H. Abdul Karim Oey

Ir. Soekarmo di kediamannya selama diasingkan di Bengkulu bersama

sahabat dan rekan-rekannya. (Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id)



Oleh: Hardiansyah

Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) Bengkulu


Berkat permintaan Bung Karno, Abdul Karim Oey berhasil memimpin dan membawa kemajuan bagi gerakan Muhammadiyah di Bengkulu. Ia pun menjadi saksi perjodohan Bung Karno dengan Fatmawati.

Share:

Penggiat Seni-Budaya Kalbar Sepakat Bentuk Badan Musyawarah Kebudayaan

 

Peserta Majelis Musyawarah Kebudayaan di Langkau Etnika, Kubu Raya
(Sumber: Dok. Bamusbud Kalbar)


Musyawarah hadir karena keterbutuhan perwakilan kelembagaan yang memayungi penggiat seni dan budaya sebagai upaya pengembangan kapasitas melalui dialog budaya, merangsang wacana intelektual, menjembatani kesenjangan, dan menumbuhkan lingkungan inklusif. 
Share:

Perkembangan Islam di Era Awal Kenabian Muhammad SAW 622 M

Lukisan Ka'bah di Kota Mekah, Arab Saudi, pada abad pertengahan
(Sumber: https://www.middleeasteye.net/) 

Hana Nur Hanifah | Mahasiswa Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Wates


Periode tiga tahun pertama dakwah dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad SAW mulai melaksanakannya dilingkungan keluarga, mula-mula istri beliau yaitu Khadijah, yang menerima, selanjutnya Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar Asshiddiq sahabat beliau, Zaid bin Tsabit bekas budak beliau. Disamping itu juga banyak orang yang masuk Islam menggunakan perantaraan Abu Bakar yang terkenal dengan julukan Assabiqunal Awwalun (orang-orang yang lebih dahulu masuk Islam).

Share:

Desa, Kota, dan Sungai, Dalam Ingatan Sejarah dan Tradisi Lisan

Sebuah publikasi tentang kegiatan sejarah lisan
(Sumber: Dok. Pribadi)


Oleh: Hendoyo | Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Tanjungpura

Sejarah lisan dan tradisi lisan memiliki peranan dalam pelestarian warisan budaya, pengetahuan, dan identitas komunitas agar tidak hilang akibat perkembangan zaman.

Share:

Diskusi Heritage Di Situs Cagar Budaya, Kuwas Pontianak Hadirkan Pengalaman Mengesankan

Peserta Diskusi Heritage Kuwas (Sumber: Refti Y.A)



Oleh: Refti Yusli Ananda | Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Tanjungpura


Komunitas Wisata Sejarah (KUWAS) Pontianak yang digawangi oleh Reyhan Ainun Yafi kembali menghadirkan diskusi heritage pada Sabtu 18 Mei 2024 di komplek Persekolahan Suster Pontianak. Diskusi heritage atau ‘Distage’ merupakan program KUWAS yang rutin diadakan dengan mengadakan diskusi dan pengenalan objek cagar budaya langsung ditempatnya dengan menghadirkan narasumber-narasumber yang kompeten. Distage kali ini menghadirkan M. Rikaz Prabowo yang merupakan Dosen Pendidikan Sejarah di Untan dan Wahyudin Ciptadi, akademisi arsitektur yang konsen terhadap bangunan cagar budaya dari Politeknik Negeri Pontianak. Tidak lupa pula Kepala SD Suster Pontianak yakni Sr. Yoanita SFIC turut menjadi narasumber terkait perawatan dan konservasi pada bangunan sekolah yang ia pimpin.

Share:

Saling Kaji Budaya Politik, Mahasiswa Fisip Untan dan Polgov Unimas Adakan Kolaborasi

Malam kebudayaan antara antara mahasiswa Fisip Untan dan Unimas (dok. Pribadi)


Oleh: Nur Misnawati
Bidang Pengembangan dan Pengkajian Isu-Isu Politik, 
Himpunan Mahasiswa Politik Universitas Tanjungpura.

Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (HIMAPOL) bersama Himpunan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan (HIMAPEM) dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak baru saja menggelar kolaborasi internasional bersama Politics and Government (POLGOV) Universiti Malaysia Sarawak yang dilaksanakan di kota Pontianak selama empat hari dari tanggal 7-10 Mei 2024. Kegiatan kolaborasi tersebut mengangkat tema “Akulturasi Budaya Lintas Negara Melalui Program Parlemen Muda”, yang diikuti oleh 36 mahasiswa dari POLGOV UNIMAS yang didampingi oleh 2 orang doktor pendamping, serta 30 mahasiswa dari HIMAPOL dan HIMAPEM FISIP UNTAN.

Share:

Ajak Masyarakat Peduli Bangunan Cagar Budaya, Himsera Untan Adakan Telisik Sejarah

Peserta Telisik Sejarah Himsera Untan 2024 (Sumber: Refti Y.A)

Oleh: Refti Yusli Ananda | Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Tanjungpura


Telisik Sejarah mengambil rute mengunjungi bangunan-bangunan lawas era kolonial Hindia-Belanda yang berada di tengah kota Pontianak, mulai dari sekolah hingga kantor pemerintahan. Sebagian besar telah ditetapkan sebagai cagar budaya peringkat kota.

Share:

Dari Mendukung Sukarno Hingga Mengasuh Anak Yatim: Sekilas Perjuangan Aisyiyah di Muntok

Panti Asuhan Perwani sudah menjadi kepemilikan Aisyiyah 

(Panti Asuhan Aisyiyah Mentok) tahun 1960an


Oleh: Suryan Masrin | Penulis Sejarah Bangka


Berawal dari persaudaraan antar istri-istri kader Muhammadiyah di Muntok (Bangka), didirikanlah organisasi Aisyiyah di kota itu. Kerap mengunjungi Bung Karno selama pengasingan di Bangka pada 1949, dan setelah itu bergerak di bidang sosial dengan mengelola panti asuhan hasil bergabungnya organisasi Persatuan Wanita Indonesia (Perwani)

Muhammadiyah Hadir ke Pulau Bangka tepatnya pada tahun 1934, dimulai pertama kali dari Sungai Selan. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Drs. H. Kamarudin AK (Lihat Hamdan, dkk, 2020: 26). Penyebaran Muhammadiyah di Sungai Selan dilakukan oleh tokoh ulama Islam bernama Syekh Abu Bakar Aidit pada tahun 1934. Syekh Abu Bakar Aidit sendiri berasal dari negeri Hadrim (Hadramaut), suatu wilayah yang berada di Arab Selatan, yakni negeri Yaman.

Share:

Sejarah Awal Kerajaan Landak Era Pra-Islam

Keraton Ismahayana Kesultanan Landak di Ngabang, 
Kalimantan Barat. (Sumber foto: detiktravel)


Oleh: Karel Juniardi | Dosen Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Pontianak


Apabila kita datang ke Kota Ngabang yang merupakan ibukota Kabupaten Landak di Provinsi Kalimantan Barat, maka kita akan banyak menjumpai peninggalan Kerajaan Landak seperti Keraton, Masjid, Makam Raja-Raja Kerajaan Landak, dan sebagainya karena dulunya Kota Ngabang menjadi pusat Kerajaan Landak. Penulisan sejarah awal Kerajaan Landak tidak terlepas dari sumber cerita rakyat. Hal ini karena keterbatasan sumber tertulis yang menjadi dasar sumber primer. Menurut cerita rakyat, sejarah berdirinya Kerajaan Landak bermula dari seorang bernama Tedung Sari yang konon berasal dari Pulau Jawa yaitu daerah Banten (Pembayun, 1999:12). 
Share:

Pergulatan Umat Kaharingan Dibalik Pembentukan Provinsi Kalimantan Tengah

Balai Basarah di Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah (Sumber: Antara) 'Oleh: Voka Panthara Barega (Alumni Universitas Padjajaran) Serikat Kaharingan Dayak Indonesia (SKDI) pernah mengeluarkan sebuah tuntutan agar wilayah-wilayah Dayak Besar dapat memiliki hak otonomi menuntut pembentukan Provinsi Kalimantan Tengah yang muncul sebagai hasil dari kongres ketiga pada 15-20 Juli 1953
Share:

Propaganda Jepang di Surat Kabar Borneo Barat Shinbun 1942-1945

Potongan halaman depan Borneo Sinbun 8 April 1945 yang berisi propaganda kemenangan pasukan Jepang.(Sumber: Universiteit Leiden)


Oleh: Oleh: Reyhan Ainun Yafi | Komuntas Wisata Sejarah (KUWAS) Pontianak


Ketika Jepang berkuasa di Indonesia, Jepang melakukan berbagai cara dalam hal menarik simpati rakyat Indonesia agar dapat mendukung Jepang di Perang Asia Timur Raya. Sasaran pertama Jepang yaitu para wartawan atau orang-orang yang berkecimpung di dunia persuratkabaran. Jepang mengundang para wartawan untuk dapat pergi mengunjungi Jepang dengan tujuan menanamkan rasa hutang budi. Sehingga para wartawan bersedia dalam hal menyiarkan berbagai tulisan-tulisan yang mendukung Jepang di setiap terbitannya.

Share:

Resensi Film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta

Artis Ario Bayu yang merani tokoh Sultan Agung. (Sumber: festivalfilm.id)


Oleh: Shafira Andjani Larasati (Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura)

Judul film: Sultan Agung Tahta, Perjuangan, Cinta

Produser film:  

Dr. BRA. Mooryati Soedibyo


Sutradara film:  

Hanung Bramantyo


Pemain film:

Ario Bayu, Anindya Kusuma Putri, Marthino Lio, Putri Marino Adinia Wirasti, Christine Hakim, Meriam Bellina, Deddy Sutomo, Lukman Sardi, Teuku Rifnu, Wikana, Asmara Abigail, Hans de Kraker. 


Durasi film:  

2 Jam , 28 Menit


Penulis Naskah:

Ifan Adriansyah Ismail, BRA. Mooryati Soedibyo, dan  Bagas Pudjilaksono.


Produksi film

Mooryati Soedibyo Cinema.


Negara asal film/bahasa

Indonesia/Indonesia-Jawa


Share:

Prof. Agus Mulyana: PR Nasionalisme di Indonesia Adalah Merawatnya

FGD yang diisi oleh Prof. Dr. Agus Mulyana di IKIP PGRI Pontianak (26/3)
(Dokumentasi: Humas IKIP PGRI Pontianak)

Fenomena berkembangnya nasionalisme di berbagai negara tidak dapat dipungkiri di latar belakangi oleh fenomena sejarah yang tentunya tiap bangsa mengalami dinamika yang berbeda-beda. Misalnya dalam fenomena bangkitnya nasionalisme di negara-negara Asia-Afrika di awal abad ke-20, dilandasi peristiwa revolusi, kejatuhan monarki, dan bangkitnya kaum terdidik terpelajar. Khususnya Indonesia, penjajahan atau kolonialisme sebenarnya juga menjadi pendorong lahirnya rasa persatuan dan kesadaran untuk membangun suatu negara yang bersatu. Kemudian perkembangan penggunaan bahasa Melayu yang belakangan berkembang menjadi bahasa Indonesia dan menjadi bahasa persatuan di dalam momentum 28 Oktober 1928. 
Share:

Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Jalin MoU Dengan IKIP PGRI Pontianak

Penandatangan MoU antara IKIP PGRI Pontianak dengan PP
Masyarakat Sejarawan Indonesia, selasa (26/3).
(Dok: Basuki)

Perkembangan era industri 4.0 telah mengharuskan perguruan-perguruan tinggi yang ada memacu mutu dan pengalaman pembelajaran bagi mahasiswanya sehingga menghasilkan lulusan yang kompeten. Cara itu ditempuh perguruan tinggi salah satunya dengan menjalin kemitraan dengan pihak luar seperti korporasi, lembaga pemerintah maupun non pemerintah, organisasi, hingga NGO. Hal demikian lah yang mendorong IKIP PGRI Pontianak untuk menjalin kerjasama dengan Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI). 

MSI yang merupakan wadah organisasi profesi sejarawan se-Indonesia, telah eksis sejak tahun 1970-an dengan memiliki cabang di sebagian besar provinsi di tanah air. Penandatanganan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) itu dilakukan di Ruang Sidang Rektor Kampus IKIP PGRI Pontianak pada hari selasa, 26 Maret 2024, yang diteken oleh Ketua Umum PP MSI Prof. Dr. Agus Mulyana, M.Hum, dan rektor Muhammad Firdaus, M.Pd. 

Dalam sambutannya, Rektor IKIP PGRI Pontianak itu menyambut baik dapat terjalinnya MoU ini yang menurutnya di era sekarang setiap civitas khususnya mahasiswa, harus jeli dalam mengambil peluang yang sekiranya bermanfaat dalam pengembangan diri dan memperluas jaringan. Ia berharap di masa depan ada alumni-alumni IKIP PGRI Pontianak yang mampu bersaing di tingkat nasional misalnya dengan menduduki jabatan-jabatan prestisius tertentu. 

Sedangkan Prof. Dr. Agus Mulyana, M.Hum menyampaikan dengan adanya MoU ini, MSI senang dapat dilibatkan dalam usaha-usaha untuk membantu meningkatkan daya saing intitusi, terlebih tidak lama lagi IKIP PGRI Pontianak akan naik status menjadi universitas. Menurutnya perkembangan output lulusan pendidikan sejarah era dewasa ini tidak lagi semata diarahkan untuk menjadi guru sejarah, namun lebih fleksibel dengan memiliki kompetensi lain mengikuti perkembangan zaman yang saat ini serba digital. 

Prof. Agus, sapaan akrabnya, yang juga menjabat sebagai dekan di Fakultas Pendidikan IPS di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, menambahkan MoU di bidang pendidikan, pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat dengan IKIP PGRI Pontianak akan terlaksana dengan baik. Hal ini didukung karena kepengurusan MSI cabang Kalimantan Barat yang aktif, serta dosen-dosen di Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Pontianak sendiri pun mayoritas tergabung dalam MSI. 

Penandatanganan MoU ini juga dihadiri oleh Ketua MSI cabang Kalimantan Barat, Dr. Basuki Wibowo, sejumlah dosen dan perwakilan mahasiswa (BEM) di lingkungan IKIP PGRI Pontianak. Harapannya setelah penandatanganan MoU ini segera dapat dieksekusi dan diadakan program-program seperti pelatihan atau workshop sejarah.

Penulis: M. Rikaz Prabowo

Share:

Sejarah Perkembangan Sekolah Wanita di Mangkunegaran

Murid-murid Sekolah Van Deventer School di Surakarta. (Sumber: nationalgeographic.co.id)


Oleh:Syela Joe Dhesita (Guru Sejarah MA Negeri Sukoharjo)

Nasihat bahwa seorang wanita harus ahli dalam mengurus hal terkait “Dapur, Sumur, dan Kasur” menjadi nasihat yang lumrah disampaikan oleh seorang ibu pada anak perempuannya dahulu. Seolah menjadi kodratnya, wanita hanya akan berkecimpung dalam tiga tempat itu saja. Nasihat seperti itu tidak relevan jika disampaikan di masa ini, dimana gerakan emansipasi dan kesadaran gender telah banyak digaungkan. Pada masa ini wanita memiliki kebebasan dalam menunjukan eksistensi dan peranannya dalam masyarakat. Wanita harus melalui berbagai proses sejarah panjang sebelum bisa menikmati kebebasan sekarang ini. Diskriminasi dan stigmasi sebagai gender nomor dua seakan dimaklumkan oleh para wanita pada masa tradisional. Hal ini disebabkan salah satunya oleh budaya patriarki yang mengakar dibeberapa wilayah di Indonesia, termasuk wilayah Jawa.

Share:

Pertahanan Nippon di Bengkulu Selatan (1942-1945)

Tank Jepang memasuki Medan 16 Februari 1942 
(Sumber foto: The Encyclopedia of Indonesia in Pacific War, 2010)

Oleh: Fadela Septi Wahyuni | Akademisi Pendidikan Sejarah



Dianggap daerah strategis dan benteng terdepan yang langsung menghadap Samudera Hindia, tentara Jepang membangun sejumlah perkubuan untuk menghadapi Sekutu. Meski kalah dan dipulangkan, sisa-sisa dan jejaknya masih bertahan hingga kini. 
Share: