Potongan halaman depan Borneo Sinbun 8 April 1945 yang berisi propaganda kemenangan pasukan Jepang.(Sumber: Universiteit Leiden) |
Oleh: Oleh: Reyhan Ainun Yafi | Komuntas Wisata Sejarah (KUWAS) Pontianak
Ketika Jepang berkuasa di Indonesia, Jepang melakukan berbagai cara dalam hal menarik simpati rakyat Indonesia agar dapat mendukung Jepang di Perang Asia Timur Raya. Sasaran pertama Jepang yaitu para wartawan atau orang-orang yang berkecimpung di dunia persuratkabaran. Jepang mengundang para wartawan untuk dapat pergi mengunjungi Jepang dengan tujuan menanamkan rasa hutang budi. Sehingga para wartawan bersedia dalam hal menyiarkan berbagai tulisan-tulisan yang mendukung Jepang di setiap terbitannya.
Jepang menganggap penting adanya pers dan wartawan yang dijadikan sasaran dalam hal menyalurkan media propagandanya berupa surat kabar. Karena dengan adanya surat kabar, informasi pun dapat diakses secara tertulis, sehingga dianggap dapat dibaca oleh khalayak ramai secara berulang-ulang dan secara efektif dan efisien dapat mempengaruhi para pembacanya (Yulianti, 2012: 3). Menurut Atikah sebagai Kepala Layanan Surat Kabar Lama Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mengatakan bahwa, “Era pendudukan Jepang tidak banyak terbitan surat kabar, hanya ada di Sumatra, sebagian besar di Jawa dan di Kalimantan. Dan ketika masa pendudukan Jepang surat kabar digunakan sebagai media dalam melancarkan propagandanya.”
Pada awal tahun 1942 ada beberapa surat kabar yang terbit semasa pemerintahan Hindia Belanda yang masih tersisa dilarang untuk melakukan penerbitan oleh pemerintahan Jepang. Pemerintah Jepang mengganti beberapa surat kabar masa Hindia Belanda dengan terbitan versi Jepang yang digunakan sebagai alat propaganda dalam menyebarkan pengaruhnya terhadap masyarakat (Rinaldi dkk, 2007: 13). Pers dianggap sangat penting dan dapat menjadi media terpenting disalurkannya propaganda perang Jepang dalam mewujudkan cita-cita persemakmuran Asia Timur Raya karena pada masa Jepang berkuasa pers merupakan “mata” masyarakat untuk melihat kondisi terkini. Oleh karena itu Jepang sangat mengontrol dan mengawasi jalannya perkembangan pers yang ada di Indonesia.
Pemerintahan Dai Nippon mengeluarkan Undang-Undang No 16 Tanggal 25 Mei Tahun 1942 tentang Badan-Badan Pengumuman dan Penerangan dan Penilikan Pengumuman dan Penerangan (Aiko, “Propaganda Media On Java Under Japanese 1942-1945”, dalam Indonesia, No. 44, October 1987). Dengan adanya undang-undang yang dikeluarkan Jepang untuk berjalannya kegiatan pers, sehingga semua pers yang terbit pada masa kolonial Belanda rata-rata hampir semua ditutup. Beberapa surat kabar di setiap daerah hanya beberapa saja yang diperbolehkan terbit oleh Jepang di bawah pengawasan Departemen Propaganda (Sendenbu). Sendenbu bertanggungjawab atas propaganda dan mengetahui informasi- informasi mengenai pemerintahan sipil.
Kehidupan yang keras pada masa pendudukan Jepang sangat dirasakan dengan beberapa sajian konten pers yang tidak menggambarkan kondisi dan situasi masyarakat Indonesia yang sebenarnya saat itu. Hal itu dikarenakan adanya badan sensor yang sangat keras untuk menindak seseorang yang keluar dari jalur ketidaksamaan persepsi diantara penerbit dan pemerintah Jepang (Suwirta, 1999:91). Dan itu menjadi alasan seseorang yang menjalankan profesinya di bidang pers untuk selalu menyajikan berita yang sejalan dengan keinginan Jepang.
Pada masa pendudukan Jepang terdapat lima surat kabar yang berbahasa Jepang diantaranya Jawa Shimbun yang terdapat di Jawa, Celebes Shimbun yang terdapat di Sulawesi, Sumatra Shimbun yang ada di Sumatra, Borneo Shimbun yang ada di Kalimantan dan Ceram Shimbun yang ada di Seram. Surat kabar yang terbit di Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Seram dikelola oleh Asahi Press, Mainichi Press dan Jomiuri Press yang ada di Jepang (Abidin, 2014:35-36).
Pemerintah Jepang di Pontianak menerbitkan beberapa surat kabar di antaranya, Surat Kabar Borneo Barat Shinbun, Seibu Borneo Shinbun, dan Borneo Simboen. Surat kabar Borneo Barat Shinbun merupakan surat kabar pertama yang diterbitkan di jaman pendudukan Jepang di Pontianak. Surat kabar ini di tulis oleh Drukkerij Phin Min dan diterbitkan oleh Dai Nippon Kaigun Minseibu Pontianak. Dan surat kabar ini terbit dua kali dalam seminggu setiap hari Rabu dan Sabtu.
Surat kabar Borneo Barat Shinbun yang penulis dapatkan hanya tiga edisi saja yang teridentifikasi lengkap. Keterbatasan mengenai akses surat kabar dijelaskan di dalam acara webinar yang berjudul “Mengenal Berbagai Koleksi Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI”, disampaikan oleh narasumber yang bernama Tri Luki Cahya Dini, S.S. seorang Pustakawan Ahli Madya mengatakan bahwa, “Koran yang kami miliki (Perpustakaan Nasional RI) adalah koran yang kami beli dari masyarakat, namun juga dari proses pemindahan dari perpustakaan daerah dan ada juga yang mengalami kerusakan yang selanjutnya terdapat beberapa koleksi yang rusak sehingga tidak bisa ditampilkan.”
Sesuai dengan doktrin yang disebarkan oleh kaum fasisme Jepang, surat kabar Borneo Barat Shinbun selalu memberitakan jalannya peperangan dalam mewujudkan kawasan Asia Timur Raya. Selalu disampaikan kemenangan-kemenangan yang selalu diraih oleh Jepang melawan Amerika dan Inggris. Seakan-akan Jepang selalu superior daripada negara yang menjadi lawannya. Dengan pemberitaan sekian puluh kapal musuh dihancurkan dan ditenggelamkan, puluhan pesawat terbang musuh ditembak jatuh dalam rentan waktu yang tidak lama dan lainnya.
Bahkan tidak ada berita yang termuat di dalam surat kabar Borneo Barat Shinbun yang menyatakan kekalahan yang diderita oleh pasukan Jepang. Mengindikasikan jikalau Jepang memberitakan kekalahan mereka dapat memberikan dampak yang sangat meluas dengan memandang Jepang tidak sanggup menjadi pimpinan negara-negara kawasan Asia Timur Raya.
Berikut ini latar belakang terbitnya surat kabar Borneo Barat Shinbun,
Memberikan informasi terkait kondisi daerah Pontianak dan sekitarnya pada saat itu. Hal ini tergambarkan dari beberapa edisi surat kabar Borneo Barat Shinbun yang memberitakan dengan judul kabar kota (‘Kabar Kota’ dalam surat kabar Borneo Barat Shinbun edisi Rabu, 18 November 1942, hlm 2, kolom 3 dan edisi Rabu, 30 September 1942, hlm 2, kolom 1).
Menghilangkan unsur-unsur yang berkaitan dengan Belanda (Riclefs 2005:410). Dengan beberapa berita yang ada di surat kabar Borneo Barat Shinbun terkait perbandingan perlakuan antara pendudukan Belanda dan Jepang di Pontianak (‘Tjatatan’ dalam surat kabar Borneo Barat Shinbun edisi Sabtu, 25 Juli 1942, hlm 1, kolom 1).
Menjadikan surat kabar Borneo Barat Shinbun sebagai alat propaganda Jepang di Pontianak dan sekitarnya. Dikarenakan di masa-masa awal kependudukan Jepang sangat gencar-gencarnya Jepang dalam melakukan propagandanya melalui surat kabar (Kurasawa, 1993:237).
Usaha yang dilakukan oleh Jepang dalam memberikan pengaruhnya terhadap masyarakat Pontianak dan sekitarnya dengan diberitakan beberapa yang berkaitan kekuatan Jepang dalam peperangan mewujudkan kawasan Asia Timur Raya. Diperkuat dengan beberapa berita yang dimuat mengenai ajakan berpartisipasi dalam perang Asia Timur Raya.
0 Comments:
Post a Comment