Penggiat Seni-Budaya Kalbar Sepakat Bentuk Badan Musyawarah Kebudayaan

 

Peserta Majelis Musyawarah Kebudayaan di Langkau Etnika, Kubu Raya
(Sumber: Dok. Bamusbud Kalbar)


Musyawarah hadir karena keterbutuhan perwakilan kelembagaan yang memayungi penggiat seni dan budaya sebagai upaya pengembangan kapasitas melalui dialog budaya, merangsang wacana intelektual, menjembatani kesenjangan, dan menumbuhkan lingkungan inklusif. 

Kekayaan kesenian dan kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia adalah sebuah potensi yang dapat dioptimalkan menjadi kekayaan bangsa ini. Kekayaan khazanah seni dan budaya ini berkat kondisi antropologis bangsa Indonesia yang sangat heterogen dari ujung Sumatera hingga ke Papua. Sedangkan di Kalimantan sendiri khususnya di Kalimantan Barat heteroginitas itu melahirkan berbagai ragam seni dan budaya yang bercorak tradisional dengan dipengaruhi tiga suku besar yang mendiaminya yakni Dayak, Melayu, dan Tionghoa serta suku-suku pendatang lainnya ataupun corak-corak yang lebih modern dimana berasal dari luar negeri. Perkembangan seni dan budaya yang positif itu, selama ini cenderung berkembang secara sporadis melalui sebuah organisasi, komunitas, maupun perseorangan tanpa ada sebuah ikatan koordinatif dan kerjasama sehingga dinilai potensi-potensi dari bidang ini perlu dioptimalkan.

Untuk itulah sejumlah organisasi dan komunitas seni dan budaya di Kalimantan Barat mengadakan sebuah 'Majelis Musyawarah Kebudayaan', yang berlangsung di Kafe Nowadays (Pontianak) dan Langkau Etnika (Kubu Raya). Kegiatan yang bertemakan 'Urgensi Kelembagaan Budaya Dalam Pengembangan Kapasitas dan Strategi Komunikasi Pemajuan Kebudayaan Kalimantan Barat' itu diselenggarakan secara bertahap selama dalam dua hari, yakni Jumat-Sabtu (14-15/06). Hatta Budi Kurniawan selaku panitia dan ketua sidang musyawarah ini menuturkan dibutuhkan perwakilan kelembagaan yang memayungi penggiat seni dan budaya di 14 kabupaten/kota di wilayah ini sebagai upaya pengembangan kapasitas melalui dialog budaya, merangsang wacana intelektual, menjembatani kesenjangan, dan menumbuhkan lingkungan inklusif dimana setiap suara didengar dan dihargai.

Musyawarah hari pertama di Nowadays Kafe, Pontianak
(Sumber: Dok. Bamusbud Kalbar)

"Banyak target-target yang sebenarnya ingin kami wujudkan melalui forum musyawarah ini, akan tetapi kami ingin agar rumusan Pokok-Pokok Kebudayaan Daerah (PPKD) provinsi sekiranya dapat diperbaiki yang telah mendapatkan masukan dan usulan dari segenap elemen, termasuk penggiat seni-budaya", terang sosok yang akrab disapa Bang Hatta ini. Oleh sebab itu salah satu target yang ditetapkan dalam musyawarah ini ialah pengembangan rencana aksi prioritas yang teridentifikasi, dengan terbentuknya kepengurusan lembaga yang merepresentasikan 14 kabupaten/kota. Lembaga ini tentunya dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan dapat dipertanggung jawabkan, tambah Hatta.

Sebagai tindak lanjut daripada target yang ditetapkan, maka pada musyawarah ini berhasil dibentuk Badan Musyawarah Kebudayaan (Bamusbud) Kalimantan Barat yang secara mufakat ditetapkan Nursalim Yadi Anugerah (Balaan Tumaan) menjadi pimpinannya. Seperti diketahui dalam 10 program pemajuan kebudayaan yang ditetapkan oleh Kemendikbud RI, dua diantaranya sangat berkaitan sekali dengan studi sejarah yakni tradisi lisan dan manuskrip. Yadi, sapaan akrabnya menyampaikan harapannya akan terus mendorong inisiasi-inisiasi terhadap pemanfataan hingga pelestarian tradisi lisan maupun manuskrip. "Saya sendiri berfokus pada tradisi lisan dan manuskrip dalam praktik saya sebagai musisi", tegasnya. 

Kiri ke kanan: Hatta Budi Kurniawan (Siberdaya), Pradono (Sastrawan),
dan Nursalim Yadi Anugerah (Balaan Tumaan) sebagai pimpinan terpilih 
Bamusbud Kalbar. (Sumber: Dok. Bamusbud Kalbar)


Musyawarah kebudayaan ini diikuti oleh banyak organisasi, lembaga, komunistas, maupun penggiat seni-budaya dari seluruh Kalimantan Barat. Diantaranya Siberdaya, Balaan Tumaan, Susur Galur, Rumah Jepin, Sineas Khatulistiwa, Batik Adat Singkawang, Sekolah Adat Sekadau, Simpang Mandiri Kayong, Kayong Artwork Ketapang, Pinang Sekayu Mempawah, dan masih banyak lagi. Sedangkan komunitas sejarah yang diundang dan turut terlibat dalam pembentukan Bamusbud, yakni Komunitas Wisata Sejarah (Kuwas) dan Majalah Riwajat. Rencana kedepan, Bamusbud akan melakukan penyusunan personalia kepengurusan secara lengkap namun efisien agar segera dapat bekerja dalam masa jabatan selama 3 tahun. 


Pewarta: 
M. Rikaz Prabowo

0 comments:

Post a Comment