Workshop Penyusunan Bahan Pembelajaran tentang Cagar Budaya di Sambas (19/09) (Dokumentasi: YS) |
Cagar Budaya di sekitar Kabupaten Sambas dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk dunia pendidikan, khususnya dalam pembelajaran sejarah di tingkat sekolah
Keberadaan cagar budaya (CB) baik berupa bangunan maupun kebendaan di sekitar masyarakat menyimpan potensi yang besar selain untuk keperluan pariwisata dan kebudayaan. Cagar budaya juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar atau sumber belajar di dalam dunia pendidikan, khususnya bagi studi sejarah. Sayangnya, keberadaan cagar budaya sebagai sebuah khazanah sejarah dan peradaban ini sering kali kurang dilirik dan belum dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk pembelajaran di sekolah yang dilatar belakangi berbagai kendala. Padahal, telah diamanatkan dalam UU Cagar Budaya bahwa pemanfaatan cagar budaya sebesar-besarnya juga untuk pengembangan dunia pendidikan.
Atas permasalahan itu, Aan yang juga Ketua LSM Pusat Kajian Sejarah dan Peradaban Daerah Sambas (PUSAKA SAPRAH), dengan mengundang guru-guru sejarah yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah Kabupaten Sambas, mahasiswa, dan beberapa komunitas lainnya mengadakan Workshop Penyusunan Bahan Pembelajaran tentang Cagar Budaya untuk SMA. Workshop dilaksanakan pada kamis-jumat tanggal 19-20 September 2024 bertempat di Balairung Saji Museum Daerah Sambas. Selain didukung oleh Pemerintah Kabupaten Sambas dan DPRD Kabupaten Sambas, hal yang terpenting bahwa workshop ini juga mendapatkan dukungan pendanaan dari program Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan 2024, melalui Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XII Kalimantan Barat. Melalui workshop ini diharapkan akan lahir sebuah buku tentang cagar budaya di Sambas yang dapat digunakan untuk guru-guru dalam membantu pelaksanaan program pemanfaatan CB sebagai bagian dari pembelajaran.
Sejumlah narasumber baik akademisi dan praktisi dihadirkan untuk menjadi pemateri dalam workshop ini, diantaranya Muhammad Tarhan selaku Pangeran Ratu Kesultanan Sambas yang juga seorang sejarawan dan berkaitan dengan pengelolaan cagar budaya di komplek Istana Alwatzikhubillah. Dari kalangan akademisi dan praktisi tampak pula Sunandar yang merupakan dosen Sejarah Peradaban Islam (SPI) di IAIS Sambas sekaligus salah satu Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Sambas. Hadir juga M. Rikaz Prabowo selaku dosen Pendidikan Sejarah di Universitas Tanjungpura yang memberikan penguatan terhadap konteks cagar budaya sebagai sumber belajar.
Kegiatan ini mendapatkan atensi yang cukup besar dari kalangan guru-guru sejarah. Yuliana yang merupakan guru di SMA Negeri 1 Sambas mengungkapkan, cagar budaya dapat digunakan untuk mendukung pengenalan sejarah lokal kepada peserta didik sekaligus mengajarkan cara menggali atau melindunginya. Harapan besar dari kegiatan ini ke depannya agar pemerintah daerah dan instansi-instansi terkait juga turut perhatian terhadap cagar budaya yang ada di Sambas. Selain itu semakin banyak guru-guru yang terlibat atau turut memajukan pemanfaatan CB yang ada.
Pewarta: Tim Redaksi
0 Comments:
Post a Comment