Oleh: Suryan Masrin | Penulis Sejarah Bangka dan Pemerhati Manuskrip Kuno
Sejarah penghulu di Mentok, dimulai dari masa Sultan Mahmud Badaruddin I (SMB I) Jayo Wikramo, Kesultanan Palembang pada tahun 1710-an, yakni pada saat mertuanya tiba di Pulau Bangka. Dalam Tjarita Bangka disebutkan bahwa pada saat Wan Abdul Jabbar (Datuk Dalam) tiba di Mentok, ia diangkat menjadi hakim mewakili Sultan dan menjadi penghulu dalam perkara agama Islam. Wan Abdul Jabbar adalah anak dari Wan Abdul Hayat. Ia memiliki saudara, yaitu Wan Akub, Wan Serin, Wan Awang, dan Wan Ibrahim. Demikian catatan Abang Abdul Jalal dalam Riwayat Poelau Bangka Berhoeboeng dengan Palembang (1925). Setelah Wan Abdul Jabbar (Datuk Dalam) meninggal, juga beberapa saudaranya, jabatan hakim langsung diambil alih oleh Menteri Rangga yang diangkat Sultan sebagai kepala di seluruh Pulau Bangka. Sri Sultan mengangkat Menteri Rangga masih dari keturunan Wan Abdul Hayat, yaitu Wan Usman.
Kemudian setelah SMB I mangkat dari sultan, lalu dinobatkan puteranya Ratu Ahmad Najamuddin sebagai pengganti. Pada waktu itu, Menteri Rangga di Bangka sudah cukup tua, maka Sultan mengangkat seorang Temanggung. Temanggung yang diangkat adalah Abang Pahang, keturunan Encek Wan Abdul Hayat dengan gelar “Temanggung Dita Menggala”. Bertepatan dengan itu juga, diangkat oleh Sultan Penghulu, Imam, Khatib yang dimaksud untuk menyempurnakan ajaran agama Islam. Setelah periode ini, berdasarkan informasi, referensi dan catatan terkait jabatan penghulu penulis belum menemukan secara spesifik. Namun demikian, jabatan penghulu ini telah lama tidak menjadi bagian dari struktur pemerintahan.
Barulah kemudian di masa Belanda menduduki Palembang dan Bangka (khususnya), menjelang pertengahan abad ke-19, jabatan penghulu dapat dilihat dalam sekelumit catatan. Namun demikian, catatan ini tidak ada penjelasan terperinci terkait pejabat (hoofd) penghulu di Bangka dalam kurun waktu tahun 1831-1928. Setelah tahun 1929, nama hoofd penghulu tidak dicantumkan lagi (catatan Penghulu Haji Muhammad Saleh, tentang Silsilah Keturunan Keluarga). Adapun nama-nama hoofd penghulu Bangka dalam kurun wktu tersebut dapat dilihat dalam daftar tabel di bawah ini.
Riwayat Haji Muhammad Saleh
Haji Muhammad Saleh terlahir dari seorang bapak bernama Haji Ahmad dan ibu bernama Aminah. Ia dilahirkan di Mentok pada malam Kamis pukul 5 lewat 30 menit, tanggal 8 Zulhijjah 1305 Hijriyah bertepatan dengan 10 Agustus 1888 Masehi. Secara garis keturunan Haji Muhammad Saleh bin Haji Ahmad bin Haji Muhammad Yasin bin Haji Ismail bin Tuan Pandita Ahal Nahuda orang dari Kampar. Sedangkan dari sebelah ibunya memiliki garis keturunan, Aminah binti Abang Abdul Jamal bin Cik Ibrahim Mentok.
Haji Muhammad Saleh Sumber: koleksi Dullah bin M Yusuf (cucu), foto Dullah, 2021 |
Istrinya bernama Alwani binti Abdul Latif bin Ismail bin H. A. Latif bin H. Talabuddin dari Palembang. Ia menikah dengan istrinya pada malam Jum’at tanggal 14 Zulhijjah 1328 bertepatan dengan tanggal 16 Desember 1910 dalam usia + 22 tahun. Istrinya lahir di Sungai Buluh dari ibu bernama Nurida binti Lanang Jabuk orang Sungai Buluh pada hari Ahad pukul 4 petang tanggal 16 Rabiul Awwal 1315 (15 Agustus 1896). Haji Muhammad Saleh memiliki anak berjumlah sepuluh bersaudara dari istrinya bernama Alwani binti Abdul Latif.
Haji Muhammad Saleh memiliki tiga saudara, bernama Haji Abdul Mu’ti yang wafat pada hari Sabtu 7 Sya’ban 1367 (12 Mei 1948), Maryam yang wafat pada hari Selasa 12 Rabiul Awwal 1378 (16 September 1958), dan Halijah yang wafat pada hari Selasa 18 Zulqa’idah 1378 (26 Mei 1959). Ayahnya Haji Ahmad pergi haji tahun 1299 dalam usia kurang lebih 45 tahun. Kemudian ayahnya wafat pada tanggal 15 Zulhijjah tahun 1329 dalam usia 75 tahun. Haji Muhammad Saleh naik (pergi) haji pada tahun 1351 (1932) saat umurnya kurang lebih 46 tahun.
Kiprah Sebagai Penghulu dan Membantu Bung Karno
Sebelum berkiprah menjadi penghulu Mentok, beliau juga memang sudah dikenal sebagai tokoh agama. Ia diangkat menjadi penghulu Mentok pada hari Jum’at tanggal 13 Sya’ban tahun 1367 bersamaan dengan tanggal 25 Juni 1948 M dalam usia 62 tahun menggantikan penghulu sebelumnya, Haji Mu’ti yang merupakan kakak ipar (suami Maryam saudara kandungnya). Demikian keterangan Muhammad Ali, cucu Haji Muhammad Saleh. Tidak didapati informasi lebih lengkap tentang kiprah kakak iparnya sebagai penghulu sebelumnya.
Kemudian selang beberapa bulan ia diangkat menjadi penghulu Mentok terjadi peristiwa pengasingan tokoh RI ke Bangka. Dalam pengasingan, Ia juga berjasa dan berperan penting terhadap tokoh-tokoh RI, Bung Karno dan lainnya selama di Mentok, Bangka tahun 1948-1949. Pada waktu itu sebagai tokoh pemuka masyarakat (tokoh Agama/Penghulu) yang ikut andil dan membantu para tokoh RI tersebut dalam masa pengasingan.
Bambang Haryo Suseno dalam Para Pembela Republik dari Mentok, yang ia kutip dari tulisan Kemas Rusdi Abidin, disebutkan nama-nama para tokoh di Mentok yang memiliki aktivitas dan hubungan dengan para tokoh RI selama pengasingan di Mentok tahun 1948-1949. Di antara nama-nama tersebut ada nama Haji Muhammad Saleh (ditulis H Saleh) yang sekaligus juga orang tua dari Azhar Saleh (tokoh pemuda yang juga masuk dalam nama-nama tersebut). Namun dalam tulisannnya, Bambang Haryo Suseno tidak menguraikan bagaimana kiprah Haji Muhammad Saleh dalam pengasingan tokoh RI tersebut. Karena memang topik bahasannya lebih pada tokoh Republiken.
Blangko Surat Keterangan Nikah dalam Jabatan Penghulu H. M. Saleh Sumber: koleksi alm H Muhammad Isa Saleh (Anak). Dok. Suryan Masrin, 2021 |
Dalam catatan almanaknya tahun 1380-1385 H (1960-1965 M), ia menulis bahwa pada tanggl 13 Februari 1965 ia mulai dapat sakit kaki yang tidak biasa dan catatan dalam almanak tersebut berakhir pada tanggal tersebut. Hal ini dimungkinkan karena beliau sudah tidak mampu lagi untuk menuliskan aktivitas beliau dalam almanak tersebut. Hanya selang 20 hari saja dari tulisan terakhir dalam almanaknya, terhitung dari tanggal 13 Februari 1965 sampai 5 Maret 1965, Haji Muhammad Saleh wafat pada hari Sabtu pukul 17.00 di Mentok dalam usia 79 tahun 4 bulan, dengan penyakit hipertensi dan diabetes. Menyusul kemudian istrinya Alwani wafat pada hari Selasa tanggal 24 September 1968 di Mentok pukul 11.25 dalam usia 72 tahun 1 bulan, dengan penyakit asma dan anemia.
0 Comments:
Post a Comment